Anak Muda Bekasi, Susah Cari Kerja di Kota Sendiri

Oleh: Faiza Kameela

 

LenSa MediaNews__Hai, Sobat! Sudah masuk semester genap aja, ya. Buat kamu yang sekarang kelas XII SMA atau SMK, apa rencananya setelah lulus nanti? Mau meneruskan kuliah atau kerja? Apapun keputusan kamu, semoga itu pilihan yang terbaik, ya. Aamiin.

 

 

By the way, siapa, nih yang punya pengalaman mencari kerja tapi belum dapat juga? Ternyata susah, ya mencari kerja zaman now. Bahkan, yang sudah kerja saja banyak yang kena PHK. Duh, sedih banget gak, sih? Padahal, sudah memilih sekolah SMK yang katanya mudah cari kerja, tapi ternyata masih susah juga.

 

 

Ironi Susahnya Cari Kerja di Bekasi
Sob, Bekasi dikenal sebagai kota industri terbesar se- Asia Tenggara, lo. Sebagai kota megalopolitan penyangga ibu kota, Bekasi menjadi incaran para pencari pekerjaan dari luar kota untuk meraih mimpi mengubah nasib. Belum lagi, UMR Bekasi termasuk tinggi. Tapi ternyata, banyaknya industri di Bekasi, gak menjamin bisa menyerap tenaga kerja yang cukup.

 

 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Bekasi mencapai 203.000 orang di tahun 2022. Sampai tahun ini,ini kemungkinan tambah naik, ya. Apalagi beberapa perusahaan di Bekasi baru-baru ini mengalami PHK massal. Tambah banyak deh pengangguran. Kondisi seperti ini membuat resah, karena kebutuhan hidup tetap harus dipenuhi. Fyi, Bekasi sendiri termasuk kota dengan biaya hidup termahal se Jawa Barat, dan nomor dua setelah DKI Jakarta, lo.

 

 

Berdasarkan data hasil Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2022 yang dilakukan BPS, biaya konsumsi raya-rata per rumah tangga adalah Rp14,34 juta/ bulan. Sementara per kapita adalah Rp4,11 juta/ bulan (Okezone.com, 8/2/2024). Ckckck. Banyak juga ya, Sob. Kalau gak bekerja bagaimana kita bisa memenuhi kebutuhan hidup?

 

 

Lalu, faktor apa, sih yang membuat anak muda Bekasi kesulitan mencari kerja di kotanya sendiri? Dilansir dari mojok.co ( 8/2/2024), ada beberapa faktor yang menyebabkan sulitnya mendapatkan pekerjaan di Bekasi. Pertama, pengalaman kerja minimal dua tahun. Dengan syarat seperti ini, apa kabar para fresh graduate? Mereka juga punya impian setelah lulus sekolah mendapat kerja. Karena ada syarat ini, kesempatan untuk bekerja di perusahaan menjadi seakan tertutup.

 

 

Kedua, syarat tinggi badan. Beberapa perusahaan tertentu menentukan batasan tinggi badan sebagai syarat untuk melamar pekerjaan. Duh, kalau yang qadarullah tinggi badan semampai alias semeter tak sampai bagaimana, dong? Ketiga, syarat pendidikan minimal diploma atau sarjana. Kondisi masyarakat Bekasi mayoritas hanya mampu menyekolahkan anak hingga batas sekolah SMA atau SMK. Adanya syarat batas pendidikan ini tentu menjadi kendala tersendiri.

 

 

Keempat, adanya koneksi “orang dalam”. Sudah menjadi rahasia umum kalau mau dapat kerja harus punya seseorang yang bisa membantu mendapat pekerjaan. Bahkan ada juga, lo yang sampai harus mengeluarkan biaya agar bisa diterima kerja yang tak jarang menjadi ajang penipuan. Miris, ya, Sob!

 

 

Negara Seyogianya Memberi Solusi
Kondisi ini sebenarnya tak lepas dari ulah si biang keladi yaitu tertanamnya sistem ekonomi kapitalisme di negeri kita. Kesulitan mengenyam pendidikan tinggi tersebab mahalnya biaya pendidikan.

 

 

Budaya suap juga mulai menggejala. Jika tak memberikan “uang pelicin, konsekurnsinya adalah tak dapat pekerjaan. Namun, kalau dilakukan kita dihadapkan pada dosa sebagai penerima suap. Hii, ngeri, Sob!

 

 

Negara seyogianya ada untuk memberikan solusi. Misalnya, memberikan pelatihan keterampilan untuk fresh graduate secara gratis. Sehingga mereka mempunyai skill yang bisa diperhitungkan di dunia kerja. Menghilangkan komersialisasi pendidikan dan menyediakannya secara gratis untuk rakyat. Dengan ini rakyat dapat memperoleh pendidikan hingga level tertinggi, sehingga memiliki bergaining position dalam pekerjaan karena keilmuan serta keahliannya.

 

 

Rasulullah saw. pernah menemukan seorang sahabat yang tengah meminta-minta. Waktu ditanya alasannya, sahabat menjawab karena ia gak punya pekerjaan. Apa yang dilakukan Rasulullah? Beliau gak mendiamkan dan menganggap kondisi sahabat itu DL a.k.a Derita Lo. Rasul meminta sahabat tersebut menjual barang yang ada di rumahnya. Setelah barangnya terjual senilai dua dirham, Rasul menyuruh sahabat tersebut membeli makanan dengan uang satu dirham, dan satu dirham lagi untuk membeli kapak.

 

 

Rasul meminta sahabat tersebut bekerja dengan kapaknya dan gak boleh menemui Rasul sebelum 15 hari. Setelah sekitar 15 hari sahabat tersebut menemui Rasullah dengan kondisi jauh lebih baik dari sebelumnya. Penampilan dan kehidupannya jauh lebih baik. Keren gak tuh?

 

Nah, kisah ini menjadi teladan dan bisa diambi ibrahnya jika negara hadir memberikan solusi. Rasul sebagai kepala negara gak membiarkan rakyatnya menganggur. Seandainya negara perhatian , inshaallah gak akan ada masalah pengangguran. Wallahua’lam bishhawab.[]

 

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis