Ojol dipeluk, Aturan Islam Jauh di Pelupuk

Oleh: Mirza Nurbayanie

 

Lensa Media News–Siapapun bisa melakukan hal-hal yang menarik perhatian, seperti apa yang dilakukan oleh bule-bule di Bali. Sebuah video yang dibagikan akun Instagram @canggu.shortcuts, Senin (5/2/2024) terekam aksi para bule memeluk abang ojol di Bali. Video ini ditonton hampir 7 juta.

 

Dengan wajah ceria, para penumpang bule memperlihatkan papan bertuliskan “Hug Your Gojek Driver”, kemudian langsung memeluk driver ojol yang mereka tumpangi. Dengan sumringah, para ojol pun merespon baik saat penumpangnya memeluk dari belakang. Tak hanya dilakukan bule perempuan saja, namun bule laki-laki juga meramaikan aksi ini.

 

Netizen Indonesia pun heboh. Banyak yang tiba-tiba ingin menjadi driver ojol di Bali. Namun banyak juga yang takut, para istri driver ojol cemburu melihat suaminya dipeluk bule-bule cantik.

 

Zaman sekarang adalah zamannya ikut-ikutan, seseorang merasakan tidak nyaman dan kurang keren kalau tidak bisa mengikuti tren. Media sosial sering kali memunculkan tren baru. Tapi sayangnya, tren negatiflah yang justru ramai diperbincangkan.

 

Masyarakat sekuler memang tidak mempunyai standar yang baku dalam menentukan mana yang baik, mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Segala sesuatu berdasarkan penilaian manusia semata. Parahnya, mereka selalu haus perhatian manusia dan takut mendapat penilaian buruk dari manusia lainnya. Pahadal bisa jadi yang dilakukan itu melanggar aturan agamanya. Mereka lebih takut dicap kolot atau ketinggalan zaman daripada menyuarakan kebenaran atas perintah agama.

 

Kecemasan tertinggal tren inilah akhirnya dimanfaatkan oleh para kapital atau pengusaha negeri ini untuk meraup untung besar. Bahkan mereka dengan sengaja menciptakan tren tertentu kemudian diviralkan, sehingga diikuti oleh masyarakat Indonesia. Terkadang mereka dengan sengaja membuat booming terhadap suatu produk, sehingga dengan promosi yang jor-joran untuk menarik perhatian.

 

Jika kita cermati, fenomena ini merupakan manifestasi dari naluri mempertahankan diri dalam setiap diri manusia. Naluri ini pemberian dari Allah SWT untuk seluruh manusia tanpa pandang bulu. Namun Allah juga memberikan aturan pengelolaan naluri ini, jika itu baik dan benar menurut syariat Islam maka hal itu akan mendatangkan pahala.

 

Pergaulan bebas seperti berboncengan, berpelukan, berdua-duaan seorang laki-laki dan perempuan atau campur baur antara laki-laki dan perempuan dianggap biasa sehingga sering kali hal ini dibiarkan saja. Padahal perbuatan ini menjadi jalan terjadinya kemaksiatan, wajar jika pelecehan seksual, perzinahan, hamil di luar nikah makin merajalela. Kondisi buruk ini terjadi akibat diterapkannya sistem sekuler kapitalisme yang menjadikan kebebasan di atas segalanya, sehingga membuka ruang terjadinya pergaulan bebas.

 

Sistem ini menganut pemisahan agama dari kehidupan dan menjadikan manfaat sebagai asasnya. Akhirnya, nilai agama dikesampingkan dan hanya menjadi urusan individu, terlebih lagi ketika bekal agama sangat minim hingga menjadikan masyarakat kehilangan jati diri dan pegangan hidup. Wajar jika pergaulan mereka makin kebablasan, yang lemah iman pasti akan menjadi korban dari sistem ini.

 

Kebebasan tingkah laku yang diagung-agungkan menjadikan mereka mengumbar hawa nafsunya, dorongan seksual yang menuntut kepuasan dipenuhi tanpa memberhatikan nilai-nilai agama. Terlebih lagi saat ini dunia maya menjadi santapan anak-anak, banyak konten pornografi dan pornoaksi disajikan, baik lewat film, sinetron, iklan atau di kehidupan nyata. Konten ini bebas diakses oleh siapa saja bahkan anak-anak. Akibatnya, mereka yang menyaksikan adegan tersebut akan terdorong untuk melakukan hal serupa terlebih di kalangan remaja yang masih labil.

 

Jika saja pemerintah bertindak tegas dan menjalankan kewajibannya, sesungguhnya mereka bisa memblokir konten-konten yang jelas merusak masyarakat dan berdampak buruk bagi masa depan remaja, atau menutup tempat-tempat yang memberikan peluang dalam pergaulan bebas. Tetapi sungguh, harapan itu layaknya panggangan jauh dari api. Sehingga akhirnya keluarga sendiri yang harus berusaha keras membentengi anak-anaknya dari pengaruh buruk yang semakin gencar melingkupi mereka.

 

Kondisi ini akan jauh berbeda jika aturan Islam yang dijadikan sebagai standar dalam berbangsa dan bernegara. Islam memberikan aturan yang sangat rinci dan sempurna mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk pergaulan. Pergaulan dalam Islam mencegah bahkan melarang seks bebas.

 

Terlebih jika pemerintah memberikan support system terhadap transportasi, maka masyarakat akan terjamin keamanan dan kenyamanan dalam berkendara serta kesejahteraan akan dirasakan oleh para pekerja. Wallahualam bissawab. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis