Hari Gizi dan Kapitalisme yang Menggerus Peran Ibu
Lensa Media News–Hari Gizi Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 Januari setiap tahunnya merupakan momen yang biasa digunakan untuk mereview keberhasilan negara dalam mengentaskan persoalan stunting dan peningkatan gizi generasi.
Pada dasarnya peran seorang ibu merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam persoalan gizi anak. Namun, dalam hal pemenuhan air susu ibu eksklusif yang merupakan asupan terbaik untuk bayi di bawah 6 bulan, nampaknya masih menjadi polemik bagi para ibu yang saat ini terdorong untuk bekerja terutama oleh keadaan ekonomi.
Dalam kapitalisme perempuan dianggap berdaya jika bisa memenuhi kebutuhan secara materi. Begitulah prinsip kapitalisme yang menipu perempuan, lebih antusias mengejar karier daripada belajar pengelolaan gizi keluarga. Bekerja siang dan malam, di rumah dan di luar untuk mencari nafkah, hingga terlalaikan asupan gizi anak di rumah.
Begitulah, kapitalisme telah menggerus peran utama perempuan sebagai seorang ibu. Sistem kapitalisme, tak mengizinkan perempuan bekerja menyusui penuh selama 6 bulan masa eksklusif bagi bayi atas nama produktivitas kerja.
Berbeda halnya dengan hukum syara yang mampu mengembalikan peran seorang ibu sesuai fitrahnya. Saat perempuan mengabdikan dirinya untuk merawat, membesarkan, dan mendidik anak-anaknya dengan baik akhirnya melahirkan ulama-ulama dan pemimpin hebat.
Perempuan dalam Islam siap berperan sebagai ibu, peran yang menjamin gizi anak dan keluarga. Pemerintah yang paham hukum syara pasti menciptakan sistem dan aturan yang memberi ruang bagi perempuan menunaikan peran fitrahnya demi kelayakan gizi penerus generasi. Wallahualam bissawab. Aprilia (Pengurus MT Diari Kamila Kota Bekasi). [LM/ry].