Sistem Rusak Meniscayakan Kehidupan Rusak

Lensa Media News–Pada tanggal 24 November 2023, warga Desa Cilame ramai-ramai melaksanakan kerja bakti untuk memperbaiki jalan Sodong-Cilame yang ditutup dengan batu beskos. Menurut Kepala Desa Cilame, Alo Sobirin, keluhan warga terkait rusaknya jalan penghubung tidak pernah ditanggapi baik pemerintah Kabupaten Bandung atau Bandung Barat.

 

Berstatus jalan Kabupaten Bandung, maka sejatinya warga berharap akan perhatian dari Pemda Kabupaten Bandung. Namun kenyataan yang harus dihadapi justru tidak pernah ada tanggapan dari Pemda, yang akhirnya membuat warga sendirilah yang secara sukarela berswadaya memperbaiki jalan (JurnalSoreang.PikiranRakyat.com, 24 November 2023).

 

Bisa dipahami bahwa jalan merupakan alat yang bisa menunjang aktivitas dalam pemenuhan kebutuhan demi tercapainya tujuan. Apabila jalan yang harus dilalui itu rusak, maka tujuan ekonomi tidak bisa tercapai.

 

Maka apa yang dihadapi warga Desa Cilame, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung merupakan salah satu dari banyaknya keluhan warga terkait jalan rusak. Sejatinya, problem demikian banyak terjadi di Jawa Barat. Masih banyak jalan yang biasa digunakan warga untuk aktivitas namun keadaannya sangat tidak layak.

 

Sudah silih berganti Bupati selaku pimpinan tertinggi tingkat Kabupaten pun problem ini tidak pernah selesai teratasi. Fakta lapangan rata-rata mengatakan bahwa jalan yang selesai diperbaiki justru hasil swadaya masyarakat. Mereka jengah dengan gerak pemimpinnya yang lambat, bahkan tidak pernah memperhatikan kondisi rakyat yang ia pimpin tersebut.

 

Apabila dipreteli ( diurai.red) penyebab dari kesengsaraan rakyat saat ini, dapat disimpulkan semua ini akibat dari sistem yang diterapkan. Sistem kapitalis-sekuler, sistem yang saat ini diterapkan tidak hanya di Kabupaten Bandung, tapi seluruh dunia.

 

Sistem ini meniscayakan pengabaian urusan rakyat. Rakyat habis di hisap darahnya hingga kering, setelah terkumpul, lucunya adalah dana tersebut justru dikorupsi oleh para dewan yang ada di atas sebelum akhirnya dikembalikan lagi ke masyarakat. Sungguh konyol sistem kapitalis-sekuler ini.

 

Sisi depan mengkampanyekan kejujuran, integritas, hingga kealiman adabnya pada masyarakat agar mereka terpilih menjadi pengurus urusan rakyat. Setelah terpilih, di belakang, ia berkomplot untuk menggelapkan anggaran yang sudah didapat demi hasrat pribadi.

 

Sekiranya, apa yang dilakukan warga Desa Cilame adalah bentuk ketidakpercayaan rakyat pada pemerintah. Mereka jengah dengan pemerintah yang seharusnya memperhatikan mereka, namun faktanya mereka tidak pernah terlintas dipikiran Pemdanya sendiri.

 

Maka kembalilah pada Islam, dengan UU yang didasarkan pada Alqur’an dan Sunah maka kesejahteraan adalah sesuatu yang nyata. Mari merefresh kembali bagaimana takutnya Khalifah Umar bin Khattab ra. ketika Beliau mendengar seekor keledai terperosok dalam jalan berlubang.

 

Bagaimana keturunan Beliau sendiri Umar bin Abdul Aziz ra. yang dalam 2—3 tahun berhasil mengentas kemiskinan hingga Beliau tidak bisa menemukan orang-orang yang berhak mendapatkan Baitul Mal.

 

Tidakkah merasa heran, bagaimana bisa hanya dalam waktu singkat dalam suatu kepemimpinan bisa membalik keadaan suatu masyarakat dari serba kurang menjadi sejahtera? Padahal jangka kepemimpinan kita saat ini berjangka 5 tahun, bahkan ada yang sampai masuk 2 periode, namun segala problem yang multi-dimensi justru semakin ruwet.

 

Maka mari renungi, perbedaan mendasar apa yang terjadi? Ya, perbedaannya ada pada sistem yang diterapkan. Sistem stabil yang dibahas di atas merupakan sistem Islam Kaffah, yang mendasarkan Alqur’an dan Hadits sebagai dasar UU yang berlaku.

 

Maka secara tidak langsung, Allah swt.-lah hakim tertinggi dalam menjalankan kehidupan. Ketika Al Hakim ditempatkan sebagaimana mestinya, maka segala problematika pasti akan diselesaikan dan dimenangkan oleh Allah swt.Wallahualam. Danis ,Bojongsoang. [ LM/Henyk/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis