Side Hustle: Kerja Terus Lupa Ibadah

Oleh: Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd

 

Lensa Media News–Fenomena yang diciptakan oleh kaum Milenial dan Zillenial selalu saja membuat gebrakan baru dan viral. Sehingga menjadi percontohan untuk yang lainnya. Dengan beragam kreativitas dan tuntutan hidup, maka tak heran mereka akan melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk mencari pekerjaan sampingan di luar pekerjaan utama. Kalau istilah mereka adalah punya Side Hustle.

 

Dari survei yang disusun oleh Tim IDN Research Institute, sebanyak 72% GenZ yang berusia 16-20 tahun sudah punya Side Hustle. Sementara 53% GenZ umur 21-26 tahun juga sudah memiliki Side Hustle yang lebih tertata.

 

Fenomena GenZ pada Side Hustle ini muncul karena mereka ingin hidupnya lebih produktif dan bahagia. Sekilas memang benar dan patut dicontoh karena memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi yang jadi masalah adalah alasan mereka itu disandarkan pada paham kapitalisme, bahwa produktif diartikan ketika bisa melakukan banyak aktivitas, sibuk, dan sekaligus bisa menghasilkan cuan dan bahagia itu kalau bisa melakukan apapun yang disukai dan mendapat pujian banyak orang atau mencapai segala keinginannya yang mengarah pada kepuasan materi.

 

Akhirnya, jika ada sedikit waktu luang maka waktu tersebut dipakai untuk Side Hustle. Cara pemenuhannya pun dipengaruhi oleh paham sekuler yaitu paham yang memisahkan antara agama dan kehidupan sehingga mereka tidak lagi peduli dengan batasan-batasan syariat seperti halal haram dalam melakukan pekerjaannya.

 

Misalnya menjadi tiktoker dengan joget-joget di depan layar, yang penting senang, banyak viewers dan bercuan. Mereka juga mengabaikan kewajiban dari Allah yang lain seperti mengkaji Islam karena waktunya sudah habis untuk mengejar kepuasan diri sendiri.

 

Inilah bahayanya, jika pemuda muslim terjerat dalam sistem ini, maka Side Hustle yang dilakukan bukan memanfaatkan waktu untuk aktivitas yang lebih mendekatkan diri dengan Allah, tetapi hanya untuk memuaskan diri dengan senda gurau atau aktivitas yang fana.

 

Jadi sebenarnya maraknya Side Hustle ini adalah bukti dari hilangnya tanggung jawab pemerintah kepada rakyatnya. Rakyat dibiarkan berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhannya dan menabung untuk masa depan yang belum terjamin. Kalau di dalam Islam, rakyat tidak perlu kerja sampingan karena hidupnya sudah terjamin, baik sekarang atau masa tuanya.

 

Setiap kebutuhan dasar rakyat telah terpenuhi dari pengelolaan sumber daya alam yang ada, dan itu dikelola langsung oleh pemerintah. Kemudian hasilnya akan disalurkan untuk kemaslahatan umat seperti membiayai pendidikan, kesehatan dan keamanan sehingga masyarakat bisa memenuhi kebutuhan dasarnya secara gratis.

 

Oleh karena itu, pemuda muslim harus mengerti tujuan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Bagi mereka, produktif itu kalau melakukan aktivitas yang bisa mendatangkan pahala dan mereka akan merasa bahagia jika bisa mendapatkan ridha Allah. Hal inilah yang membuat mereka sibuk untuk mengisi waktunya dengan amal-amal yang disenangi oleh Allah yaitu amal salih dan amal wajib pastinya.

 

Kalau masih ada waktu lagi, maka akan diisi dengan amalan-amalan sunah. Apalagi Allah itu tidak sekadar melihat kuantitas amal hamba-Nya, tetapi juga kualitasnya. Kalau banyak tetapi mubah, ya tidak ada artinya di mata Allah, apalagi kalau haram, pastilah ia celaka.

 

Sebenarnya, Islam tidak melarang umatnya untuk memenuhi keinginan seperti naluri mempertahankan diri. Dibolehkan melakukan aktivitas yang sesuai dengan passion tetapi harus melihat aturan syariat, jika di dalamnya ada pelanggaran syariat entah itu kemaksiatan atau melalaikan kewajiban maka aktivitas itu harus ditinggalkan.

 

Oleh karena itu, perlu menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas seorang muslim. Karena keberadaan lingkungan sangat berpengaruh. Misal saja ada pandangan di tetangga kalau kerja itu harus yang terlihat, pergi pagi pulang sore. Atau ada pencapaian tertentu, sudah kerja kantoran tapi kok belum punya mobil, dan sebagainya. Inilah yang menambah alasan untuk berbondong-bondong melakukan Side Hustle supaya mendapatkan cuan lebih banyak.

 

Sangat berbeda dengan masyarakat Islam yang hobinya beramar makruf nahi mungkar. Mereka akan saling mengingatkan untuk melakukan ketaatan kalau ada yang kelihatan malas datang ke kajian sehingga tidak ada yang sempat bermaksiat. Inilah bentuk rasa kasih sayang terhadap saudara muslim. Maka terbentuklah masyarakat yang saling berlomba-lomba melakukan amal shalih bukan yang beradu kemewahan dan ketenaran. Wallahualam bissawab. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis