Kemiskinan di Negeri Kaya

Oleh: Yumna Nur Fahimah

 

LenSa MediaNews__Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan sebanyak 278,8 juta jiwa pada 2023. Jumlah tersebut naik 1,1% dibandingkan pada tahun lalu yang sebanyak 275,7 juta jiwa. (Dataindonesia.id, 09-11-2023).

 

 

Sayangnya kenaikan jumlah penduduk ini tidak sebanding dengan kesejahteraan yang di rasakan oleh rakyat. Dapat kita lihat dari angka kemiskinan yang ada di Indonesia berdasarkan data BPS, pada Maret 2023 mencapai 25,90 juta orang. (Bps.go.id, 17-07-2023).

 

 

Pemerintah menetapkan bahwa pengeluaran masyarakat kurang dari Rp17.851 per hari masuk kategori miskin atau di bawah garis kemiskinan. Namun, jika menggunakan ukuran Bank Dunia yang menetapkan warga dengan penghasilan di bawah US$ 2,15 per hari (sekitar Rp33 ribu) terkategori miskin, maka jumlah warga miskin di Indonesia bisa mencapai 110 juta orang atau sekitar 40% dari jumlah penduduk. (Cnbcindonesia.com, 11-05-2023).

 

 

Meningkatnya jumlah penduduk miskin ini tak lepas dari beberapa faktor yang membuat masyarakat menjadi miskin secara sistemik, seperti meroketnya harga kebutuhan pokok masyarakat yang semakin hari kian membebani, para petani yang makin kesusahan karena sudah tidak ada lagi subsidi pupuk.

 

 

Untuk memperbaiki kehidupan dengan mendapatkan pekerjaanpun bukan hal yang mudah saat ini. Jumlah pengangguran di Indonesia, berdasarkan survei angkatan kerja nasional (Sakernas) pada Agustus 2023, mencapai 7,86 juta dari total angkatan kerja mencapai 147,71 juta orang. Mayoritas didominasi oleh penduduk usia 15-24 tahun atau yang tergolong generasi Z (Gen Z). (Cnbcindonesia.com, 06-11-2023). Tentu saja ini menjadi tambahan beban kehidupan masyarakat.

 

 

Beban ini ditambah lagi dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM seperti Pertamax, Pertamax Dex, Pertamax Turbo. Sebelumnya, Pemerintah juga telah menaikkan tarif sejumlah ruas tol. Kenaikan-kenaikan ini otomatis akan mendorong kenaikan barang dan jasa, menyebabkan menurunnya daya beli dan inflasi. Lagi-lagi rakyat pun makin terjepit.

 

 

Sungguh miris dengan apa yang terjadi pada rakyat saat ini, di tanah yang kaya raya akan sumber daya alam dari ladang hingga tambang. Derita yang di alami umat saat ini adalah hasil dari meninggalkan sistem Islam yang datang dari Allah SWT sang pencipta langit dan bumi, kemudian menggantinya dengan penerapan sistem kapitalis oleh penguasa yang menjadikan umat berjuang sendiri untuk kehidupannya.

 

 

Sistem ekonomi kapitalis adalah sistem yang memberikan kebebasan penuh pada semua orang untuk melakukan kegiatan ekonomi untuk memperoleh keuntungan. Setiap individu memiliki hak penuh untuk mengambil manfaat atas harta atau kekayaannya sebagai alat produksi dan berusaha. Dalam sistem ekonomi kapitalis, negara tidak dapat melakukan ikut campur, namun berperan untuk memastikan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan ekonomi. Bisa dikatakan, pemerintah hanya berperan sebagai pengawas. (Kompas.com, 24-10-2022)

 

 

Oleh karena itu, saatnya umat kembali kepada menerapkan syariat Islam. Sebab syariat Islam berisi aturan yang memberikan jaminan kehidupan masyarakat. Syariat Islam berlandaskan Al-Qur’an dan As-sunnah akan mengatur urusan seluruh masyarakat dan mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok, karena Islam adalah rahmatan lil ‘alamin. Wallahu a’lam bishshawab

Please follow and like us:

Tentang Penulis