Bunuh Diri Tanda Mental Masyarakat Rapuh

Bunuh Diri Tanda Mental Masyarakat Rapuh 

 

Oleh : Zhiya Kelana, S.Kom

(Aktivis Muslimah Aceh)

 

LenSaMediaNews.com – Fenomena bunuh diri menjadi marak di kalangan mahasiswa belakangan ini. Pada Oktober ini, sudah ada empat kasus mahasiswa yang diduga bunuh diri. Kasus terakhir terjadi pada mahasiswi Universitas Dian Nuswantoro pada Rabu malam, 11 Oktober 2023. Korban EB yang berusia 24 tahun ditemukan tewas di kamar indekosnya di daerah Tembalang, Semarang. (Tempo.com)

 

Polisi menduga, pemicu mahasiswi Universitas Dian Nuswantoro (UDiNus) Semarang, Jawa Tengah, berinisial EN (24) melakukan bunuh diri lantaran masalah pekerjaan dan pinjaman online (pinjol). Hal itu juga merupakan hasil penyelidikan dari keterangan pacar korban dan sejumlah surat wasiat yang ditinggalkan di kamar pada hari kejadian, Rabu (11/10/2023) malam.

 

“Dari keterangan pacarnya sih ada masalah keuangan pinjol gitu, tagihan-tagihan pinjol,” ungkap Kapolsek Tembalang, Kompol Wahdah Maulidiawati lewat sambungan telepon, Jumat (13/10/2023). (Kompas.com)

 

Pria paruh baya berinisial IR (51) ditemukan tewas gantung diri di rumahnya, Kampung Kupu-kupu, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jumat (13/10/2023). Kepala Kepolisian Sektor Tanah Sareal Komisaris Polisi Ariani mengatakan, korban pertama kali ditemukan oleh sang istri ketika pulang bekerja sebagai asisten rumah tangga. (Kompas.com)

 

Seorang pemuda di Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang ditemukan meninggal diduga bunuh diri. Kejadian ini pun langsung ditangani oleh aparat kepolisian Polres Malang, Polda Jatim. Kasi Humas Polres Malang, Iptu Ahmad Taufik mengatakan, kejadian pertama kali diketahui oleh salah satu warga Sugeng Widodo (50 tahun), pada Kamis (12/10/2023) di lahan sekitar rumahnya sekitar pukul 05.30 WIB. Saat itu, Sugeng menemukan seorang pemuda sudah meninggal dunia dengan posisi tergantung di pohon. (Republika.co.id)

 

Maraknya kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa/i harus ditelusuri akar masalahnya. Tentu ada banyak faktor, internal dan eksternal, yang tentunya cukup kompleks, di antaranya kurikulum PT, gaya hidup modern, dan ketahanan  mental. Dilihat dari banyaknya kasus memang menjadi sebuah tekanan hidup bagi sebagian masyarakat dengan kebutuhan dan gaya hidup yang tak sesuai. 

 

Tekanan hidup biasanya berasal dari keluarga atau dari lingkungan masyarakat, pergaulan, dan pekerjaan. Akibat dipaksa untuk mengikuti hawa nafsu sedangkan penghasilan tak memadai dan akhirnya beralihlah ke pinjol. Ada juga yang kemudian memilih bunuh diri karena asmara, sakit yang tak kunjung sembuh. Semua karena keputusasaan dalam menghadapi berbagai permasalahan kehidupan. Ini menunjukkan betapa rapuhnya mental masyarakat. Akibat kurangnya pemahaman agama dan dipisahkan pula dari kehidupan sekuler. Sehingga masyarakatnya mudah mengambil keputusan yang merugikan. 

 

Islam memberi perlindungan atas nyawa manusia. Menjaga fitrah manusia, menjamin kebutuhan hidup rakyatnya. Yang mana setiap permasalahan kehidupan diyakini oleh kaum muslimin sebagai ujian untuk menambah ketakwaan kepada Allah. Ini pastinya ada peran negara yaitu menjaga akidah umat Islam dari pengaruh buruk apapun. Bahkan negara juga akan memantau semua media melalui departemen penerangan. Pendidikan terbaik dari negara diberikan untuk menanamkan akliyah beserta nafsiyah-nya. Sehingga syaksiyah Islam pun akan tercipta dengan kuat melalui pemahaman Islam.

 

Islam memiliki berbagai mekanisme untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif demi menjaga Kesehatan mental rakyat. Tidak perlu lagi dokter kejiwaan, karena pada dasarnya Islam telah menanamkan jiwa yang kuat dan bermental baja. Sehingga dalam kehidupan seharinya dia bisa mengendalikan dirinya disaat terpuruk.

Wallahu’alam bishowwab.

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis