Lagi, Ngawi Lumbung Padi Terancam Kekeringan Tahun Ini

Oleh: Sunarti

 

LensaMediaNews__Sudah jamak diketahui jika Ngawi adalah bumi lumbung padi nasional. Namun seringkali Ngawi selalu mengalami gagal panen dan krisis air bersih akibat dari musim kemarau yang panjang. Kekeringan tahun ini juga mengancam dan bisa saja melanda sebagian besar wilayah Ngawi.

 

Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2020 Kabupaten Ngawi memiliki lahan pertanian sekitar 50.715 hektar. Dari hasil produksi pertanian, terutama padi, Ngawi menjadi penghasil tertinggi tingkat Nasional. Berdasarkan data resmi dari BPS Pusat, produksi gabah Kabupaten Ngawi sejak tahun 2021 yakni mencapai 906.817 dalam tiga kali musim tanam. Menurut bupati Ngawi Oni Anwar H, yang dulunya Ngawi hanya berada di peringkat 3 kadang 4 dan masih kalah dengan Karawang, Brebes, Sukabumi, kini menjadi nomor satu sejak 2021 (sebagai penghasil gabah tertinggi) saat ini (Ngawi), bahkan surplus tertinggi nasional (Detikjatim, Kamis; 13-7-2023).

 

Sebagai wilayah dengan geografi yang terdiri dari daerah pegunungan dan dataran rendah, sebenarnya Ngawi memiliki sumber air yang memiliki kapasitas cukup tinggi. Namun tidak bisa dipungkiri jika musim tahun ini, dengan ancaman bahaya El Nino juga melanda, Ngawi bisa saja terdampak kekeringan. Secara otomatis akan mempengaruhi hasil produksi pertanian, khususnya padi.

 

Sebenarnya Ngawi juga diharapkan menjadi daerah penyangga pangan di tahun ini. Namun kekhawatiran muncul karena dampak El Nino di tahun ini bisa berakibat turunnya produksi padi. Ini juga disampaikan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo. Beliau menyatakan Kabupaten Ngawi menjadi salah satu daerah di Jawa Timur (Jatim) yang dipersiapkan sebagai penyangga kebutuhan pangan, khususnya padi, pada musim kemarau tahun ini. Pihaknya juga meminta kepada kepala daerah setempat untuk ikut turun tangan dalam pengawasan persiapan tersebut agar ketersediaan lumbung pangan dapat maksimal (Kontan.co.id).

 

Kekeringan adalah ancaman besar bagi Ngawi jika tidak diimbangi dengan tata kelola air dalam wilayah Ngawi secara keseluruhan, serta peningkatan kualitas dan kuantitas padi di musim sebelumnya. Dikutip dari Kontan.co.id, bahwa fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif menjadi penyebab utama kekeringan, termasuk di Ngawi. Dan menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, lahan pertanian berisiko mengalami gagal panen karena kekurangan pasokan air selama fase pertumbuhan tanaman. Situasi kekeringan berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional. Sehingga pemerintah daerah harus segera melakukan aksi mitigasi dan kesiapsiagaan.

 

Tidak hanya Ngawi yang memiliki lahan subur untuk pertanian. Akan tetapi daerah lain juga memiliki luas lahan pertanian yang bisa dikelola menjadi penghasil pangan atau padi dengan baik. Sayangnya selama ini tata kelola air, tanah dan juga pengembangan dalam bidang pertanian tidak bisa maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan.

 

Tanah subur di negeri ini, cenderung dialihfungsikan sebagai perkotaan, perumahan dan juga perindustrian. Padahal bisa saja tanah-tanah yang kurang atau tidak subur dijadikan area perkantoran, perkotaan, perumahan dan juga industri. Penebangan hutan juga turut andil dalam penyimpanan air tanah.

Ditambah dengan penebangan hutan dengan tidak diimbangi dengan penanaman pohon kembali yang menyebabkan tidak ada lagi hutan sebagai lahan resapan air. Sehingga di musim kemarau tanah pertanian maupun perkebunan mengalami kekeringan yang berakibat gagal panen. Sebaliknya, di musim hujan banyak daerah-daerah terkena banjir maupun tanah longsor. Lebih parahnya lagi, tidak adanya pengelolaan air (mitigasi) yang belum maksimal.

 

Perhatian selanjutnya, pengembangan pertanian, baik secara pembenihan, penelitian di bidang pertanian maupun teknologi untuk kemajuan pertanian juga diperhatikan. Apalagi kebutuhan pokok petani harus dipenuhi, seperti kemudahan dalam mendapatkan pupuk dan obat-obatan pertanian.

 

Penyuluhan-penyuluhan terkait pengembangan pertanian dan perkebunan juga diadakan agar petani bisa lebih baik dan mendapatkan hasil pertanian yang lebih banyak. Juga penyuluhan tentang penyakit atau hama yang merugikan petani dan serta cara mengatasinya.

 

Transportasi di bidang pertanian juga harus diperhatikan. Karena selain transportasi untuk alat-alat pertanyaanku, juga hasil panen yang bisa diantar ke tempat-tempat lain yang mengalami kekurangan bahan makanan.

 

Semua ini membutuhkan peran negara untuk mengelola keberlangsungan lahan pertanian serta perkebunan dan ketersediaan bahan pangan bagi seluruh rakyat. Tidak hanya satu daerah, tapi lain daerah yang menjadi lumbung padi. Sayangnya, negeri ini menganut sistem sekular-liberal, sehingga orientasi pemerintah bukan untuk mengurus rakyat, tapi untung-rugi sebagaimana perdagangan semata. Terbukti, banyak lahan pertanian yang dialihfungsikan oleh pihak asing untuk pabrik-pabrik maupun taman dan supermarket-supermarket.

Wallahu ‘alam bishshawab

Please follow and like us:

Tentang Penulis