Fenomena Doom Spending, Membuat Kepala Pusing

Oleh : Ferrina Mustika Dewi 

(Penggiat Dakwah Remaja)

 

Lensa Media News – Kalian pernah mengalami dompet kosong? Pernah juga enggak, dompet hampir kosong tapi tergoda beli ini dan itu? Jangan, ya dek, ya!

Akhir-akhir ini ada kebiasaan baru yang dilakukan oleh gen milenial dan gen Z. Mereka lebih tertarik menghabiskan uang secara berlebihan. Dua generasi ini suka banget membeli baju dari desainer terkenal, jalan-jalan ke luar negeri, sampai belanja skincare mahal. Anehnya lagi, mereka lebih suka membelanjakan uangnya dibandingkan menabung untuk masa depan. Gemes enggak, sih ?

 

Apa itu Doom Spending ?

Menurut Psychology Today, Doom Spending adalah istilah yang merujuk pada kebiasaan berbelanja seseorang tanpa berpikir dulu. Kebiasaan ini dilakukan demi mengatasi perasaan pesimistis tentang ekonomi dan masa depan mereka. Dosen senior Bidang Keuangan di King’s Business School, Ylva Baeckstrom menjelaskan tren ini tidak sehat dan fatalistik.

Dalam sebuah survey pada November 2023, oleh Institut Credit Karma. Ada 96% anak muda Amerika yang khawatir tentang kondisi ekonomi, tetapi seperempat dari mereka terlibat dalam Doom Spending untuk mengatasi stress. Beliau juga mengatakan anak muda lebih gampang terhubung secara online dan terus-menerus terpapar berita buruk yang terjadi. Akhirnya bisa memengaruhi perasaan mereka dan memicu dalam kebiasaan belanja yang buruk (liputan6.com, 05/10/2024).

 

Munculnya Fenomena Doom Spending

Kebayang, ‘kan, bagaimana buruknya kebiasaan belanja berlebihan sampai kebablasan? Ternyata kebiasaan belanja berlebihan ini didukung penuh oleh Indonesian E-Commerce Association (idEA) yang menyatakan optimisnya terhadap peningkatan transaksi pada platform e-commerce tahun 2024. Tren positif belanja online ini diyakini masih terus berlanjut dan didukung dari konsumen yang makin terbiasa dengan belanja menggunakan e-commerce (tirto.id, 27/09/2024). Asosiasi ini sangat diuntungkan dari tren tersebut, tapi generasi kita yang makin memburuk keuangannya. Hii, ngeri!

Menurut Endiyah Puji Tristanti seorang Pengamat Politik menilai, fenomena Doom Spending ini terjadi akibat konsekuensi dunia global hari ini. Dimana nilai-nilai kebebasan dan materi dianggap paling tinggi dan layak diperjuangkan. Publik jadi tidak bisa melihat tingkah laku mengkhawatirkan dalam hal keuangan pada generasi muda di Indonesia.

Situasi global ini mengakibatkan penerapan sistem kapitalisme sekuler telah memberikan tekanan eksternal yang kuat pada milenial dan Gen-Z. Mereka rentan mengalami stres dan tekanan yang berlebih akibat ketidakpastian masa depan. Kecanggihan digitalisasi ada di tangan rezim, mereka mengatur nilai perasaan dan pikiran anak muda pada algoritma sosial media yang dimiliki (muslimahnews.net, 05/10/2024).

 

Pandangan dan Solusi Islam

Berbeda halnya dengan sistem Islam yang sangat menekankan pentingnya menghindari pemborosan. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya”. (QS. Al-Isra’ [17]: 26-27)

Dari ayat di atas sangat jelas menyebutkan bahwa perilaku boros seseorang adalah hal yang sangat tidak disukai Allah, dan orang yang melakukannya disamakan dengan saudara-saudara setan. Ga mau ‘kan, dianggap saudara setan?

Islam juga mengajarkan umatnya untuk memiliki qana’ah. Kita harus memiliki rasa cukup dan bersyukur atas apa yang sudah dimiliki. Rasulullah bersabda : “Bukanlah kekayaan itu banyaknya harta benda, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa (merasa cukup)” (HR. Bukhari dan Muslim).

Qana’ah adalah kunci untuk melawan dorongan untuk terus membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan. Bersyukur atas apa yang dimiliki, membuat seseorang akan lebih bijak dalam menggunakan hartanya. Enggak mudah terpengaruh oleh konsumsi yang tidak penting. Jadi kita harus rajin bersyukur ya, Guys!

Kita juga harus menghindari kecintaan berlebih pada dunia dan harta benda atau disebut zuhud. Rasulullah mengajarkan umatnya bisa hidup sederhana dan tidak terikat pada harta benda. Zuhud berarti kita memiliki kontrol penuh terhadap dorongan konsumsi dan fokus pada hal yang lebih penting dalam hidup.

Lalu harta yang kita miliki pun bukan sepenuhnya milik pribadi. Sebagian harta yang kita punya ada hak orang lain. Oleh karena itu, muslim dianjurkan bersedekah dan membantu sesamanya. Dengan berbagi, tidak hanya mendapatkan pahala saja, tapi menghindarkan diri dari sikap boros dan konsumtif.

Dengan Islam sebagai agama yang mengajarkan keseimbangan, menawarkan solusi untuk mengatasi perilaku konsumtif. Dari mempraktikkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, anak muda saat ini bisa lebih bijaksana mengelola harta mereka dan menemukan kehidupan menjadi lebih bermakna. Bukan lewat konsumsi berlebihan, tapi melalui hubungan yang erat dengan Allah Ta’ala.

Wallahu’alam 

 

[LM/nr]

Please follow and like us:

Tentang Penulis