Rangking 3 Baby Blues, Salah Siapa?
Rangking 3 Baby Blues, Salah Siapa?
Oleh: Yosi Eka Purwanti
(Pegiat Literasi)
LenSaMediaNews.com – Hamil dan melahirkan menjadi momentum membahagiakan bagi wanita. Namun siapa sangka momen bahagia tersebut lantas menjadi “momok” tersendiri bagi sebagian ibu. Bagaimana tidak, mayoritas ibu yang baru saja melahirkan mengalami fenomena baby blues syndrome.
Baby blues syndrome adalah perasaan sedih yang dialami banyak wanita di masa-masa awal setelah melahirkan. Kondisi ini cenderung muncul pada hari ke-2 atau ke-3 pascapersalinan. (Mitrakeluarga.com, 2/6/2023)
Pada umumnya, ibu yang baru melahirkan cenderung memiliki waktu tidur yang berantakan, kurang tidur, dan kurangnya waktu untuk diri sendiri, tidak mengherankan jika banyak ibu baru mengalami depresi ringan dan perubahan suasana hati. Menurut Ketua komunitas Wanita Indonesia Keren dan psikolog Dra. Maria Ekowati menyampaikan bahwa, “Dalam penelitian nasional 50-70 persen ibu di Indonesia mengalami gejala minimal dan gejala sedang baby blues. Ini tertinggi ketiga di Asia.” (health.detik.com, 2/6/2023)
Penyebab baby blues syndrome adalah perubahan hormon hingga kesulitan beradaptasi terlebih faktor kesiapan menjadi orang tua serta memikul tanggung jawab mengurus anak-anak.
Kesiapan menjadi orang tua tentunya tidak cukup berbekal pelatihan pranikah dari KUA. Seharusnya ada bekal yang panjang untuk membentuk kesiapan setiap perempuan untuk menjadi istri dan ibu dari anak-anak mereka. Ketidaksiapan ini disebabkan karena pendidikan sekuler hari ini hanya mempersiapkan generasi sebagai “pekerja”. Kurikulum saat ini tidak menjadikan kesiapan menjadi orang tua sebagai kompetensi yang harus dimiliki setiap individu. Bahkan generasi sekarang seolah menjadi generasi bermental “kerupuk” yang mudah “melempem”, mudah goyah, setres dan mudah depresi ketika tertimpa masalah.
Sistem sekuler kapitalistik telah merenggut kesehatan mental individu. Sehingga hal ini berdampak pada kesiapan mereka dalam menjalankan perannya sebagai penerus peradaban terkhusus peran mereka menjadi orang tua. Dalam sistem sekuler saat ini, tidak sedikit wanita yang menanggung beban berat ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Inilah wajah asli sistem sekuler kapitalistik. Sistem yang tidak sesuai dengan fitrah manusia.
Untuk mengatasi permasalahan baby blues, harus berawal dari kesiapan individu dalam mengemban peran sebagai orang tua. Kesiapan tersebut tentunya harus didukung oleh supporting system yang tidak lain berasal dari Islam.
Islam memiliki konsep pendidikan terbaik. Pendidikan Islam membentuk kepribadian Islam pada setiap individu serta membekali generasi dengan tsaqafah Islam. Sehingga individu akan senantiasa melakukan aktivitasnya dengan berorientasi pada keridaan Allah.
Para calon ibu dan ayah yang memahami peran mulia sebagai orang tua, tidak akan mudah mengalami gangguan stres atau depresi mengarungi berbagai ujian hidup. Mereka akan berupaya menjadi orang tua terbaik yang diinginkan Allah Ta’ala. Mereka juga memahami bahwa anak adalah titipan sekaligus amanah dari-Nya. Mereka akan melakoni perannya dengan baik karena di situlah letak kemuliaan orang tua di sisi Allah, yakni mampu mendidik anak-anak menjadi generasi ber-syahsiah Islam.
Selain itu, Islam juga memiliki sistem politik ekonomi yang menyejahterakan setiap individu yang hidup di dalamnya. Yakni, ketika pekerjaan sangat mudah diakses oleh para ayah sehingga ibu tidak lagi terbebani dengan tanggung jawab nafkah. Selain itu kesehatan, pendidikan dan keamanan merupakan kemaslahatan masyarakat yang akan di persiapkan oleh negara secara gratis. Sehingga permasalahan ekonomi bukan lagi menjadi masalah bagi setiap keluarga.
Demikianlah, kondisi ideal tersebut hanya mampu diwujudkan oleh sistem Islam. Sistem yang berdasarkan aturan sang Khaliq yang sesuai dengan fitrah manusia.
Wallahu a’lam bishowwab.