Bertaburnya Artis Nyaleg, Ada Apa?

 

Oleh: Nining Sarimanah

 

LensaMediaNews__Pemilu 2024 tak terasa hanya beberapa bulan lagi. Tak ayal puluhan artis pun ikut meramaikan kontestasi bacaleg di DPR dan DPRD melalui parpol. Gerindra, misalnya mengusung Ahmad Dani, Melly Goeslaw, Ari Sihasale hingga Taufik Hidayat. Perindo menyodorkan Vicky Prasetyo, Aldi Taher dan Arnold Poernomo (juri di acara Master Chef). Partai lainnya, seperti PKS mengusung komedian Narji. NasDem, menyalonkan Nafa Urbach dan PAN juga mengusung Uya Kuya dan Verrel Bramasta. (KumparanNews, 16/5/2023)

 

 

Ubedillah Badrun, seorang analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menilai fenomena artis nyaleg dimanfaatkan oleh partai untuk mendulang suara. Namun, di sisi lain fenomena tersebut bukti kegagalan parpol dalam melakukan kaderisasi. Tampak, mereka tidak percaya diri terhadap kader yang selama ini dibina sehingga lebih memilih “melamar” artis untuk mendapat simpatisan yang banyak.

 

 

Inilah demokrasi, siapa pun boleh menjadi caleg atau wakil rakyat. Cukup dengan ketenaran tanpa keahlian atau pendidikan khusus sekali pun, mereka bisa menjadi anggota parpol. Bisa dibayangkan, jika para artis duduk sebagai anggota dewan maka ia akan memainkan perannya sesuai skenario dari orang yang membiayai mereka saat pesta demokrasi.

 

 

Keberadaan para pesohor sebagai wakil rakyat belum tentu dapat memahami dan mewakili rakyat dikarenakan mereka sebelumnya tidak pernah terjun ke bawah. Oleh karena itu, parpol dalam alam demokrasi hanyalah untuk meraih kekuasan semata. Mereka akan berantusias berpolitik ketika menjelang waktu pemilihan. Namun, saat pemilihan selesai, mereka diam bahkan mendukung atas kebijakan yang menyengsarakan rakyat.

 

 

Dalam pandangan Islam, politik dipandang tidak sebatas masalah kekuasaan. Melainkan berkaitan dengan mengatur urusan umat, karenanya parpol tidak boleh sekadar perhatiannya untuk mendapatkan suara. Parpol yang sahih adalah partai yang menjadikan ideologi Islam sebagai pemikirannya (fikrah), memiliki metode (thoriqah) yang jelas dalam perjuangannya, dan anggota di dalamnya memahami baik pemikiran maupun metodenya, serta diikat dengan akidah Islam.

 

 

Dari gambaran inilah jelas, bahwa parpol Islam akan terjun dalam politik untuk mengurusi urusan umat, menyadarkannya terhadap kebangkitan yang hakiki serta mengingatkan penguasa jika ada kebijakan yang bertentangan dengan syariat Islam. Parpol Islam tidak akan menjadikan demokrasi sebagai jalan dalam meraih kekuasaan karena demokrasi bertentangan dengan Islam. Wallahu a’lam bishshawab.

Please follow and like us:

Tentang Penulis