Pengentasan Kemiskinan di Era Kapitalisme, Mungkinkah?
Oleh: Sri Eni Purnama Dewi, S.Pd.Si
Lensa Media News-Target Indonesia bebas dari kemiskinan seperti mimpi disiang bolong. Negara yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) melimpah harus gigit jari dengan fakta masih banyaknya rakyat yang hidup miskin dan tak bisa menikmati hasil dari SDA tersebut, naasnya utang negara kian meningkat dan bisa bikin bangkrut. Nampaknya peribahasa tikus mati di lumbung padi sangat cocok menggambarkan kondisi rakyat Indonesia saat ini.
Kemiskinan ekstrem menjadi persoalan besar bagi Indonesia, kemiskinan ditargetkan akan dihapus pada tahun 2024. Hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi pemerintah, apakah mungkin dalam waktu kurang dari setahun dapat terhapuskan padahal sistem yang dipakai pemerintah sama saja? Atau hanya sebatas kriteria penghasilan yang diturunkan untuk mengukur miskin atau tidaknya?
Target ambisius kemiskinan ekstrem 0 persen di 2024 sebelumnya diungkap oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Suharso Monoarfa mengatakan untuk mencapai target nol, pemerintah perlu mengentaskan kemiskinan terhadap 5,6 juta orang pada 2024. Penurunan target tersebut mengacu pada batas garis kemiskinan ekstrem versi Bank Dunia, yakni penghasilan 2,15 US dolar atau Rp32.035 per orang per hari (asumsi kurs Rp14.900 per dolar AS. Para pakar menilai masih sulit untuk menekan kemiskinan di Indonesia. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan kemiskinan ekstrem sulit ditekan karena masalah kerak kemiskinan bersifat struktural, seperti akses pendidikan hingga kesehatan (cnnindonesia.com, 06/04/2023).
Miris, dengan kekayaan alam Indonesia yang melimpah tapi rakyatnya masih banyak yang miskin dan susah. Tentu hal ini menjadi tanda tanya besar kemanakah dan untuk apa hasil kekayaan alam yang di kelola oleh negara? Faktanya, SDA yang dimiliki Indonesia lebih banyak dikelola oleh asing, contoh Freeport yang merupakan tambang emas terbesar di Indonesia dikuasai oleh Amerika, sedangkan Indonesia hanya menerima sebagian kecil dari hasil perusahaan tersebut. Dan masih banyak perusahan asing lainnya yang serupa Freeport, sehingga keuntungan terbesar di dapat untuk korporasi bukan negara.
Sistem Kapitalisme nyatanya hanya bisa menyejahterakan para pemilik modal atau korporasi. Sedangkan rakyat harus bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhan pokok yang kian merangkak naik dan mahal. Ketika ingin menghapus kemiskinan di sistem kapitalisme tentu saja masih menjadi hal yang mustahil. Karena pendapatan negara terbesar justru dari pajak yang dibayarkan rakyat. Dalam sistem ini peran negara hanya sebagai regulator dan bukan penanggung jawab nasib umat. Kalau kita cermati metode BPS menghitung kemiskinan lebih kepada otak atik angka menurut standar bank dunia, bukan langkah nyata semisal memastikan semua pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.
Hal ini tentu berbeda dengan sistem Islam. Islam menjadikan negara sebagai pengurus rakyat dengan berpedoman pada syariat Allah. Ada banyak mekanisme Islam untuk menjamin kesejahteraan setiap individu rakyat, diantaranya:
1. Negara memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pokok rakyat seperti pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum. Sehingga setiap individu tidak perlu pusing memikirkan hal yang memang seharusnya sudah menjadi tanggung jawab negara dalam mengurus rakyat.
2. Semua sektor usaha berbasis produktif.
3. Sistem keuangan negara menggunakan baitul mal dengan pos pendapatan beragam tanpa pajak dan utang.
4. SDA yang dimiliki di kelola oleh negara yang hasilnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Setiap SDA diterapkan mana yang milik umum, milik negara, dan mana yang menjadi milik individu sesuai syariat.
5. Sistem perekonomian berbasis syariat Islam, maka praktek riba, judi dan sumber pendapatan yang tidak halal akan di hapuskan.
Demikianlah Sistem Islam mengentaskan kemiskinan. Jadi sudah seharusnya kita sebagai umat Islam memperjuangkan sistem Islam tak hanya untuk mengentaskan kemiskinan saja tapi juga untuk kesejahteraan umat dan mendapat rida dari Allah swt. Allahu’alam. [LM/ry].