Kriminalitas Menggila, Rasa Aman Semakin Langka

Oleh: Syifa Islamiyati

 

Lensa Media News-Belum lama ini warga Riau digegerkan oleh seorang pria yang tewas bersimbah darah di tepi Jalan SM Amin Kota Pekanbaru. Polisi masih menyelidiki motif kejadian tersebut. Namun diduga pria tersebut adalah korban begal (detikSumut.com, 4/5/2023). Kasus kriminalitas lain juga terjadi di Mamuju Tengah, Sulawesi Barat. Seorang wanita tewas mengenaskan dibunuh oleh tiga orang keluarganya. Motifnya diketahui karena pelaku ingin menguasai harta si korban berupa kebun sawit dan peternakan sapi (detikSulsel.com, 3/5/2023). Dan masih banyak lagi deretan kasus kriminalitas yang menghiasi media akhir-akhir ini.

 

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) bahkan mencatat sebanyak 276.507 kejahatan terjadi di Indonesia sepanjang 2022. Jumlah tersebut mengalami kenaikan 7,3% dibandingkan pada tahun sebelumnya. Dari data tersebut, 1 kejahatan terjadi setiap dua menit dua detik. Jika dihitung setiap jamnya, terdapat 31,6 kejahatan yang terjadi di dalam negeri (dataindonesia.id.com, 3/1/2023).

 

Kehidupan masyarakat kini memang semakin rawan dengan berbagai bentuk tindak kriminalitas. Rasa was-was melingkupi kehidupan mereka. Pelaku sering tak berpikir panjang, kekerasan pun menjadi jalan pintas. Pemicunya seringkali karena hal sepele tetapi kekerasan seolah dianggap dapat menyelesaikannya.

 

Dari data di atas bisa dilihat bahwa tindakan kriminalitas semakin hari semakin menggila. Pelakunya bukan hanya dari kalangan laki-laki dewasa saja, tetapi juga bisa dari kaum perempuan bahkan anak-anak. Astaghfirullah. Setiap saat masyarakat selalu dihantui rasa khawatir dan ketakutan akan keselamatan diri, pun keluarga.

 

Sifat individualis yang menjangkiti masyarakat menjadi salah satu penyebab interaksi sosial berjalan tanpa kontrol. Sedangkan masyarakat secara individu jauh dari agama. Akibatnya, kriminalitas semakin tumbuh subur, sensitivitas dalam kehidupan bermasyarakat hilang perlahan-lahan.

 

Akhirnya, rasa aman di negeri tercinta kini menjadi barang langka. Masyarakat dituntut dapat menjaga keselamatan diri masing-masing. Terasa berat beban yang harus ditanggung masyarakat. Sudahlah dituntut memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kini ditambah harus menjaga keselamatan diri dari berbagai tindak kriminalitas.

 

Diamnya masyarakat saat terjadi kriminalitas semakin mengukuhkan parahnya sistem sosial masyarakat. Sungguh, kondisi ini secara tidak langsung menyebabkan terus merebaknya berbagai tindak kejahatan. Saat ini, serasa hidup di alam rimba yang kuat dapat dengan mudah memangsa yang lemah.

 

Penyebab utama tindakan kriminalitas yang kian menggila adalah sistem sekuler kapitalis. Sistem buatan kaum kafir ini telah menjadikan masyarakat tumbuh menjadi pribadi yang individualis. Tidak lagi peduli akan kondisi lingkungannya. Negara yang seharusnya dapat menjamin rasa aman kepada masyarakat pun tidak bisa diharapkan. Para penguasa hanya fokus pada solusi yang sifatnya sementara, misalnya memberlakukan tindakan-tindakan kuratif ketika ada tindak kejahatan.

 

Seperti sekedar melakukan tindakan penangkapan dan hukuman penjara yang sama sekali tidak memberikan efek jera. Oleh karena itu, tidak mengherankan walaupun banyak pelaku yang tertangkap, tetapi kasus kriminalitas tidak pernah berkurang, bahkan semakin hari semakin bertambah. Jika hal ini terus dibiarkan, tidak menutup kemungkinan akan terjadinya kekacauan kehidupan sosial yang semakin mengerikan di negeri ini.

 

Sistem sekuler kapitalis jelas jauh berbeda dengan sistem Islam. Dalam Islam, karakter individu masyarakat terikat pada pola pikir dan pola sikap Islam. Mereka juga terikat oleh pemikiran, perasaan, dan aturan yang sama. Hal ini menjadikan masyarakat bertanggung jawab bersama-sama menjaga kehidupan sosial yang aman dan nyaman. Aktifitas amar makruf nahi mungkar otomatis hadir dari kesadaran diri untuk saling mengingatkan. Apabila terjadi tindakan yang menyelisihi hukum Islam, individu masyarakat akan tergerak untuk memberikan koreksi. Ketika aktivitas saling mengingatkan dalam perkara kebaikan itu hilang, berbahaya, tidak bisa dianggap sepele dan harus segera diatasi.

 

Dalam sistem pemerintahan Islam, khalifah adalah pelayan (raa’in) dan pelindung (junnah) bagi rakyatnya. Ia bertanggungjawab penuh menciptakan atmosfer kehidupan sosial dalam kerangka syariat. Selain itu, negara akan memberikan panduan mengenai apa yang dilarang dan diperbolehkan untuk umatnya. Negara wajib menegakkan sanksi hukum atas pelanggaran yang terjadi sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

 

Sistem Islam terbukti mampu memberikan rasa aman terhadap rakyatnya belasan abad lampau. Jelaslah hanya Islam solusi ampuh atasi segala permasalahan manusia hingga akhir zaman. Wallahu a’lam bish showab. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis