Penta Helix, Mampukah Mencetak SDM Andal?
Oleh Firda Umayah
Upaya untuk mengembangkan pendidikan di perguruan tinggi terus dilakukan oleh pemerintah. Adanya penta helix, menjadi konsep baru untuk memaksimalkan potensi mahasiswa agar siap berkontribusi di dalam pembangunan bangsa.
Penta helix merupakan konsep yang mengkolaborasikan lima pihak yaitu pemerintah, badan usaha/pelaku, masyarakat, akademisi, dan media. Konsep ini merupakan perkembangan dari konsep triple helix yang hanya mengkolaborasikan tiga pihak yakni pemerintah, kampus dan industri.
Adanya penta helix diharapkan mampu mengeksplorasi kemampuan mahasiswa secara maksimal dan mewujudkan SDM yang unggul. Benarkah demikian?
Sejak diberlakukannya kurikulum pendidikan merdeka dan kampus merdeka, mahasiswa diberikan pilihan untuk lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan keterampilan di bidang yang mereka inginkan. Mahasiswa juga dibebaskan untuk melibatkan diri agar mendapatkan pengalaman di luar jurusan yang diampu.
Peningkatan kemampuan dan ketrampilan mahasiswa berkorelasi dengan “link and match” yang dilakukan pihak kampus dan industri. Tak dapat dipungkiri bahwa industri atau badan usaha membutuhkan SDM terampil yang mampu memenuhi kebutuhan industri dan target pasar di masa mendatang.
Oleh karena itu, dampak dari kolaborasi pihak kampus dan industri hanya akan melahirkan SDM yang cakap namun tidak menjadi seorang ahli yang mampu berinovasi. Padahal, untuk membangun bangsa, dibutuhkan SDM ahli agar mampu mengelola kekayaan alam dan kebutuhan negara dengan mandiri.
Harapan konsep penta helix yang tidak sesuai dengan konsep pembangunan bangsa, hanya akan menyandera potensi pemuda sebagai agen perubahan dan pembangun bangsa. Konsep ini juga tidak sesuai dengan pembentukan generasi yang sesuai dengan syariat Islam.
Islam memandang bahwa pendidikan bukanlah ajang untuk memenuhi kebutuhan industri dan pasar. Pendidikan merupakan jalan untuk membentuk kepribadian Islam, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat tercapai jika kurikulum pendidikan disesuaikan dengan syariat Islam.
Pendidikan Islam mengharuskan tertanamnya akidah dan tsaqafah (pemikiran) Islam di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, dorongan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi juga harus diberikan negara dengan cara memfasilitasi warga negara agar mudah mengakses pendidikan tersebut.
Besarnya perhatian negara terhadap pendidikan dengan pembiayaan yang besar juga menjadi kunci agar semua warga negara dapat mendapatkan pendidikan yang gratis hingga jenjang perguruan tinggi. Sehingga hasil dari pendidikan yang berbasis syariat Islam akan mampu melahirkan generasi beriman, berpengetahuan luas dan memiliki keahlian di bidangnya.
Semua itu pernah terjadi di dalam sistem pemerintahan Islam yakni Khilafah. Keberhasilan pendidikan di dalam negara Khilafah telah mampu melahirkan para ilmuwan dunia yang hingga kini ilmunya masih digunakan. Tak hanya itu, Khilafah juga mampu mencetak para ahli di dalam bidang agam Islam.
Adalah Ibnu Sina, Al Khawarizmi, Ibnu Khaldun, Ibnu Batuta, dan masih banyak lainnya yang selama ini telah memberikan kontribusi di dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan adanya Imam Mazhab merupakan sebagian kecil dari para ahli dalam bidang fiqih Islam. Semua generasi andal yang lahir dari sistem pendidikan dan pemerintahan Islam merupakan orang-orang yang beriman, memiliki kepribadian Islam dan bertakwa kepada Allah Swt.
Keberadaan mereka merupakan buah dari penerapan sistem Islam yang diterapkan secara keseluruhan. Tidak hanya dalam sistem pemerintahan dan pendidikan. Namun juga dalam sistem ekonomi, sosial, hukum, dan yang lainnya. Wallahu a’lam bishawab.