Apa Dibalik Penokohan Syariah?
Oleh: Ida Lum’ah
(Aktivis Muslimah dan Peradaban)
Lensa Media News – Menteri BUMN Erik Thohir berhasil meraih penghargaan sebagai tokoh syariah 2022 dalam investor best Syariah Award 2022 yang digelar oleh majalah investor. Ketua PBNU Kyai Haji Abdullah Latopada mengatakan bahwa penunjukan Erik sebagai tokoh syariah ini karena keberhasilannya melakukan marger tiga Bank BUMN yaitu Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah dan BRI Syariah. Menjadi satu BSI atau bank syariah Indonesia. serta peran besar dari Erik ini untuk mendorong perkembangan ekonomi syariah di Indonesia.
Erik ini juga adalah sosok yang berperan dalam modernisasi. Seiring program moderasi yang diaruskan oleh pemerintah maka di opinikan bahwa, keberadaan Indonesia yang sangat beragam untuk, membuat Syariah itu tidak mungkin diterapkan dalam konstitusi. Kenapa, karena penerapan Syariah akan menyebabkan diskriminasi terhadap pemeluk agama lain, juga akan menggerus budaya lokal yang memiliki konflik kekerasan bahkan kemudian dikatakan menyebabkan perpecahan di seluruh lini kehidupan. Sebuah tuduhan yang sangat tidak mendasar. Terhadap Syariah, aturan Allah SWT.
Arus penolakan seperti itu ternyata ada penobatan tokoh syariah ini tentu sungguh tak masuk akal. Menolak Syariah tapi menobatkan tokoh syariah. Ada apa sebenarnya di balik hal ini? Jika kita cermati ternyata ada kepentingan politik, dari para Oligarki. Kondisi ini dibaca oleh mereka, bahwa umat Islam ini suaranya besar. Sehingga bisa dimanfaatkan untuk meraih tampuk kekuasaan.
Kemudian mereka berusaha mencari atau menawarkan kepada umat Islam Indonesia, yang mulai tumbuh semangat menerapkan Syariah. Ini juga dimanfaatkan oleh para Oligarki, menawarkan konsep-konsep Syariah. Yang bisa berkompromi dengan ideologi kapitalisme sehingga sebenarnya ini ada kepentingan politik untuk meraih suara. Terbukti dari standarnya penunjukan tokoh syariah itu tidak jauh dari standar kapitalis.
Tokoh yang dinobatkan sebagai tokoh syariah itu bukan dilihat dari ketaatan mereka terhadap Syariah Allah. Tapi semata-mata melihat Bagaimana peran mereka dalam mengembangkan ekonomi, memperbesar keuntungan ekonomi sampai meraih triliunan aset rupiah.
Tokoh yang mendapatkan penghargaan syariah dan pada unit-unit usaha, perusahaan keuangan yang berlabel Syariah ini adalah yang bisa meraup keuntungan ekonomi. Yang tentu dengan memanfaatkan ekonomi syariah. Artinya bahwa label Syariah, hanyalah digunakan untuk mendongkrak keuntungan dan menambal tim ekonomi kapitalis yang hari ini berada di ambang kehancuran.
Jadi tokoh syariah ini adalah tokoh Syariah yang anti syariah. Mereka menolak penerapan syariah di Indonesia. Perusahaan-perusahaan asing yang mencomot label Syariah yang dipakai untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Kalau dikumpulkan menjadi modal yang besar yang bisa digunakan untuk memutar roda perekonomian.
Bagaimana kita menyikapi hal ini?
Syariah dalam hal ini berarti aturan dari Allah SWT. Inilah yang akan menjadi solusi berbagai macam problem yang menimpa rakyat hari ini. Termasuk masalah ekonomi coba kita bayangkan Syariah, diterapkan sebagian kecil saja Misalnya diterapkan hanya ekonomi syariah. ternyata kita bisa mendapatkan kebaikan.
Bahkan ekonomi syariah ini terbukti satu-satunya berhasil membuat Indonesia ini lolos dari ambang kehancuran, Artinya bahwa sedikit saja sebagian kecil diterapkan itu sudah mendapatkan kebaikan apalagi jika syariah yang lengkap dan sempurna keseluruhannya Insyaallah, kebaikan-kebaikan, keberkahan dari Allah SWT akan tercurah dari langit dan bumi.
Sebagaimana terjemah Firman Allah SWT Q.S AL-A’raf: 96 “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”
Satu-satunya hukum yang diterapkan itu hanyalah hukum yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya, sehingga Alquran dan Sunnah menjadi sumber dari semua undang-undang dan peraturan yang jelas.
Sistem ekonomi Islam dan semua muamalah, itu harus sesuai syariat. Bukan hanya masalah riba atau tidak riba. Tetapi semua amal itu adalah sesuai syariat Islam yang berbasis akidah Islam. Sehingga akan dilahirkan sosok-sosok yang benar-benar siap taat kepada Allah SWT dalam semua aturan. Hingga akan lahirlah politikus yang sejati yang benar-benar memikirkan, bagaimana membangun negeri ini membangun negara ini dengan paradigma Islam. Fokus penegakan negara adalah menyejahterakan rakyat bukan membangun negara dengan kapitalistik.
Wallahu ‘alam Bissowab
[LM, Ak]