Tak Cukup Speak Up untuk Hentikan KDRT
Oleh: Ety R Faturohim
LenSaMediaNews.com – Maraknya pemberitaan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) tak terkecuali yang berujung pada hilangnya nyawa seharusnya menjadi pengingat berharga bagi kita semua. Betapa kekerasan dalam pernikahan bukanlah hal yang sepele, korban KDRT didominasi perempuan walaupun kekerasaan juga dialami laki-laki.
Perselingkuhan juga dikategorikan sebagai salah satu bentuk KDRT. Saat suami atau istri berselingkuh, kebahagiaan dan kesejahteraan hidup anak-anak dan pasangan sahnya cenderung terabaikan. Dampak selingkuh tidak hanya soal terancam keharmonisan keluarga, tapi juga terganggunya kondisi psikologis pasangan yang menjadi korban perselingkuhan.
Adanya orang ketiga membuat sebuah hubungan tidak nyaman. Situasi itu memunculkan rasa khawatir akan kehilangan sosok orang yang dianggap bisa memberi kenyamanan. Tidak menutup kemungkinan memicu seseorang untuk berbuat nekad demi mempertahankan orang tersebut.
Kekerasan yang dialami selebritis berinisial LK viral di linimasa. Parahnya, tersangka adalah suaminya sendiri yakni RB. Itu hanya salah satu contoh yang diketahui publik. Kasus ini pun tak urung menjadi sorotan, sebab kedua pasangan artis yang dikenal dengan Leslar ini kerap memperlihatkan keromantisannya di depan publik. Di luar itu banyak korban yang tidak berani speak-up pada pihak yang berwajib.
Pelaku individu dipengaruhi oleh sistem sosial mayoritas penduduk Indonesia. Islam tetapi sosialnya masih sekularisme alias memisahkan agama dari kehidupan. Kondisi tersebut menjadikan masyarakat cenderung hedonis dan serba bebas dalam pergaulan. Termasuk ketika mencari kesenangan dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan. Efek terbiasa hidup bebas, mereka menganggap institusi pernikahan seperti penjara yang membatasi keinginan. Itulah kenapa banyak bujangan enggan menikah. Akan tetapi naluri seksualnya dilampiaskan dalam bentuk “kumpul kebo” atau “jajan” di lokalisasi. Bagi mereka yang terlanjur menikah, ketika merasa bosan atau ada masalah dengan pasangannya, ada yang memilih melarikan diri dengan selingkuh. Padahal selingkuh justru menambah masalah, beberapa berujung pada KDRT. Lagi-lagi sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan menjadikan hubungan antara suami istri berantakan.
Sistem sekuler menjadikan interaksi antar laki-laki perempuan tanpa batas, baik dunia maya atau dunia nyata. Dalam Islam keduanya boleh berinteraksi dalam hal yang diperbolehkan syara, seperti pendidikan, jual beli dan pengobatan. Sedangkan sistem sekuler memungkinkan laki-laki dan perempuan berinteraksi berlebihan bahkan dalam urusan-urusan yang tidak penting.
Sistem ini pula yang menihilkan peran negara dalam mengatur urusan domestik rakyatnya. Padahal peran negara sangat penting untuk melindungi umat dari terjadinya KDRT. Peran terbesar negara adalah melindungi rakyat dari berbagai macam kekerasan dan ide rusak yang menghancurkan pondasi keluarga. Negara juga belum mampu mengantarkan perempuan di kedudukan yang mulia. Padahal Rasulullah bersabda, “Aku wasiatkan pada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita” (HR Muslim).
Islam hadir di tengah-tengah umat untuk memberi solusi dan mengatur semua permasalahan kehidupan dari urusan individu bahkan urusan negara. Dengan penerapan Islam kaffah akan terwujud sistem pemerintahan Islam yang diwariskan Baginda Nabi Muhammad Saw. Wallahu’alam bishawab.
[AAH/LM]