Di Antara Kanjuruhan dan Keuntungan
Oleh : Noor Dewi Mudzalifah
(Pegiat Literasi)
Lensa Media News – Kanjuruhan, nama stadion sepak bola di daerah Malang, Jawa Timur ini mendadak viral setelah tragedi mengenaskan terjadi di arena tersebut. Pertandingan sepakbola bola antara Arema FC melawan Persebaya tanggal 01 Oktober 2022 silam justru menjelma bak arena peperangan yang membuat ratusan nyawa melayang.
Tragedi bermula dari kekalahan Arema FC yang tidak bisa diterima oleh para supporter sehingga mendorong beberapa dari mereka turun ke lapangan. Aksi ini kemudian ditanggapi oleh petugas kepolisian yang berjaga dengan menembakkan gas air mata. Sehingga membuat penonton yang berjumlah ribuan itu berhamburan ingin segera keluar dari stadion.
Komnas HAM sudah memastikan bahwa gas air mata inilah yang berperan vital dalam tragedi tersebut. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Pemprov Jawa Timur, update jumlah korban Kanjuruhan di antara total 714 korban terdiri dari 131 korban tewas dan 583 orang luka-luka. Sebanyak 33 orang masih menjalani perawatan di rumah sakit. (detiknews.com 10/10/2022)
Tragedi Kanjuruhan telah mengungkap berbagai fakta buruk, diantaranya adalah, pertama, adanya fanatisme buta terhadap suatu klub. Hal ini sangat sulit dihindari pada pertandingan olahraga saat ini, dan ini tidak hanya terjadi dalam pertandingan sepak bola tapi juga yang lainnya.
Kedua, telah ditemukan adanya penjualan tiket yang melebihi kapasitas pada tragedi Kanjuruhan. Dikutip dari kompas.com (07/10/2022), seharusnya (kapasitas) 38.000 penonton, dijual (tiket) 42.000, akhirnya keamanan terabaikan.
Ketiga, penembakan gas air mata oleh aparat kepolisian adalah kesalahan dan pelanggaran. Larangan penggunaan gas air mata tertuang dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations. Pada pasal 19 b) tertulis, ‘No firearms or “crowd control gas” shall be carried or used’. Bunyi aturan ini intinya senjata api atau gas untuk mengontrol kerumunan dilarang dibawa serta digunakan. (detiknews.com 02/10/ 2022)
Dikutip dari kompas.com 03/10/2022, paparan gas air mata di dalam ruangan atau dengan konsentrasi tinggi apa pun jenisnya bisa menyebabkan efek kesehatan serius. Seperti kebutaan, luka bakar serius, gagal nafas, sampai kematian.
Belajar Dari Tragedi Kanjuruhan
Sebagai seorang muslim kita harus meyakini pasti selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Meskipun kejadian itu terlihat menyakitkan, tapi Allah SWT yang memiliki sifat Rahman dan Rahim pasti memiliki banyak cara untuk menunjukkan kasih sayangnya pada kita termasuk melalui musibah.
Mari kita awali dengan belajar kembali, seperti apa Islam memandang olahraga. Olahraga dalam Islam adalah hal yang dibolehkan karena dapat menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, bahkan bila diniatkan untuk beribadah kepada Allah SWT, misalnya agar tetap kuat dalam beribadah maka akan bernilai pahala. Tentu selama tidak ada dalil yang mengharamkan jenis maupun aktivitas dalam olahraga tersebut.
Olahraga yang diharamkan dalam Islam adalah olahraga yang jelas mendatangkan bahaya, seperti tinju dan perkelahian bebas, dalilnya “La dharara wa la Dhirara” ” Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain” [HR. Ibnu Majah].
Dan aktivitas yang diharamkan dalam olahraga adalah jika terdapat pelanggaran hukum syara di dalamnya, seperti hanya menyebabkan kelalaian, terbukanya aurat, dan fanatisme buta suatu golongan/ klub.
Dalam hal ini bisa kita cermati bahwa olahraga saat ini sudah mengalami persegeran manfaat, bukan lagi untuk kesehatan tapi keuntunganlah yang dijadikan patokan. Akhirnya kelalaian, kebohongan, dan kedzaliman menjadi hal yang sulit untuk dielakkan.
Sistem hidup yang menjadikan agama terpisah dari kehidupan ini telah membuat banyak manusia terpedaya dengan kesenangan dunia. Allah SWT berfirman, “Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” [TQS. Ali-Imran: 185].
“Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas” [TQS. Al-An’âm: 119].
Semoga dengan terus memperdalam ilmu Islam, berkumpul dengan jamaah yang senantiasa mengingatkan, dan menyebarkan nasihat dalam kebenaran dan kesabaran, kita senantiasa mampu memilih perbuatan, mana yang baik dan mana yang hanya menghantarkan kita pada kelalaian. Dan sistem kehidupan yang akan menjaga umat dari kelalaian kesenangan duniawi ini akan segera hadir ditengah-tengah kita. Aamiin Allahumma Aamiin.
[LM;Ak]