Liberalisasi Lahirkan Legalisasi Kaum Pelangi
Oleh : Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
Lensa Media News-Kaum pelangi makin berani menunjukkan jatidiri. Hingga menuntut adanya legalisasi akan keberadaanya. Mereka menuntut adanya pengakuan dari negara. Beberapa negara yang termasuk dalam Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), telah bersiap dalam proses pelegalan hubungan sesama jenis (republika.co.id, 22/8/2022). Singapura contohnya. Tak lama negara tersebut akan melegalisasi hubungan terlarang tersebut, karena desakan berbagai pihak. Senasib dengan Vietnam dan Thailand, yang lebih dulu meresmikan pelegalan hubungan sesama jenis.
KH. Jeje Zaenuddin, Wakil Ketua Umum Persatuan Islam, mengungkapkan agar kita tak mengikuti langkah sesat tersebut. Jangan pula kita latah atas segala yang terjadi di negara-negara lain. Karena kita memiliki konstitusi yang berbeda dengan Vietnam dan Singapura. Demikian lanjutnya.
Parahnya arus liberalisasi semakin tampak nyata. Tak malu-malu lagi, saat kaum yang dianggap tabu mulai berani eksis demi pengakuan publik terhadap komunitasnya. Inikah yang disebut modern dalam kehidupan?
Jika dikatakan modern, pernyataan ini salah besar. Mereka katakan modern karena sesuai lifestyle barat yang mereka jadikan kiblat. Barat dijadikan acuan. Justru taraf berpikir semacam ini adalah taraf berpikir yang rendah. Inilah akibat liberalisasi yang menyandarkan segala tindakan pada paham sekuler. Paham yang menjauhkan kehidupan dari aturan agama.
Alhasil, kesesatan berpikir yang didapat. Dan sudah pasti, kesesatan inilah yang melahirkan kesengsaraan kehidupan bermasyarakat. Salah satu akibatnya, adalah semakin banyaknya penderita HIV/ AIDS di berbagai daerah, seperti Bandung dan Bogor (radarbogor.id, 7/9/2022).
Juan Martin, S.Si, M.Kes, pemerhati masalah kesehatan masyarakat, mengungkapkan bahwa buntut yang paling merusak dari sistem sekulerisme liberal adalah masyarakat yang tak peduli dengan fakta yang terjadi di sekitarnya. Hanya mampu membiarkan dan menormalkan pilihan-pilihan individu yang tak rasional. Dan inilah yang kini terjadi. Jelas, fakta ini adalah potret masyarakat yang sakit (muslimahnews.com, 1/7/2022).
Masyarakat yang sakit adalah buah dari kerusakan multidimensi. Dan butuh solusi sistematis untuk menuntaskan segala masalah yang terjadi. Tak hanya sekedar solusi parsial yang justru menumbuhkan masalah di sisi lainnya.
Tidakkah kita semua dapat mengambil pelajaran dari kaum Nabi Luth yang Allah SWT. binasakan dengan azab yang dahsyat? Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, yang artinya, “Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas.“(QS. Al-A’raf: 81)
Sesat paham pasti menghasilkan tindakan yang menyimpang. Dalam aturan negara sekuler liberalistik, kebebasan berpikir dan bertindak setiap individu diatur dalam pasal-pasal aturan HAM. Wajar saja, saat diingatkan bahwa tindakan tersebut adalah penyimpangan dan dosa besar, mereka menjadikan HAM sebagai payung hukum yang dapat menjaga. Dan ini semua adalah pemikiran rusak yang salah besar. Sungguh negara adalah pintu utama yang dapat menghambat segala bentuk kezaliman yang banyak menyapa umat.
Sistem Islam-lah satu-satunya ideologi yang dapat menciptakan wujud negara yang dapat berfungsi sebagai pelindung umat, dari berbagai segi. Akidah, sosial, ekonomi, politik, dan berbagai segi kehidupan lainnya. Sistem Islam dalam wadah institusi negara Khilafah manhaj An Nubuwwah. Dan hanya inilah solusi yang dicontohkan Nabi SAW. Untuk menyudahi segala krisis multidimensi. Wallahu ‘alam bisshowwab. [LM/ry/ry].