Aksi Penangkapan Ulama Bukan Bagian dari Islamophobia ?

Oleh : Elly Waluyo

(Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)

 

Lensa Media News – Aksi Penangkapan ulama ternama oleh Densus 88 Antiteror Polri dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan dugaan terosrisme kembali terjadi, dan memantik sejumlah reaksi kontra dari masyarakat karena dalam penangkapan ulama kali ini menyasar anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yakni Ahmad Zain an-Najah (AZA) dengan dugaan terorisme, demikian pula dengan penangkapan Anung al-Humad (AA), dan Farid Okbah (FAO). Spekulasi akan adanya Islamophobia dalam penangkapan para ulama tersebut terus merebak, hal ini membuat anggota Komisi III DPR Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Muhammad Nashir Djamil mengharuskan Densus 88 dan BNPT memberikan penjelasan bahwa tidak ada kaitan antara Islamophobia dengan tindak pidana terorisme yang dilayangkan pada penangkapan 3 ulama tersebut. (www.republik.co.id: 2021).

Komjen Boy Rafli Amar, Kepala BNPT menyatakan dengan terperinci bahwa terdapat 71 orang terkait jaringan Jamaah Al Islamiah, 144 orang terkait kelompok Jamaah Ansharut Daulah dan satu orang terkait deportan, total seluruhnya sebanyak 216 orang yang terlibat dalan aksi terorisme yang terjadi dalam kurun Januari hingga Mei tahun 2021. Data tersebut disampaikan oleh Boy dalam rapat bersama Komisi III DPR RI, di Gedung DPR, Jakarta, yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi III DPR, Pangeran Khairul Saleh. (https://nasional.kompas.com :2021).

Menurut Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Pol Ahmad Ramdhan, Selain sebagai anggota Komisi Fatwa MUI, Ahmad Zain an- Najah (AZA) dituduh sebagai pengurus dan dewan syuro Jamaah Islamiah (JI) sedangkan Anung al-Humad dan Farid Okbah diduga terlibat dalam pendanaan kelompok teroris Jamaah Islamiyah dan berperan sebagai dewan syariah yayasan Lembaga Amil Zakat Badan Maal Abdurahman Bin Auf (LAZ BM ABA). (https://nasional.sindonews.com : 2021).

Penangkapan ulama tidak hanya terjadi saat ini saja namun sebelumnya pun banyak terjadi. Seperti penangkapan Abu Bakar Ba’asyir, Habib Rizieq Shihab, Gus Nur, Habib Bahar dan masih banyak lagi. Sungguh miris, Ulama yang menyeru pada kebenaran dan tak mau merapat pada pemerintahan malah dituduh radikal, intoleran dan teroris. Tuduhan yang seharusnya layak diberikan pada kelompok bersenjata di Papua yang nyata telah melakukan sejumlah teror dan membunuh para warga. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat meragukan narasi pemerintah bahwa penangkapan ulama tidak terkait dengan Islamophobia sedangkan bukti nyata terpampang dengan jelas dan memperlihatkan ketakutan akan kebangkitan umat Islam. Mengaitkan segala kejadian tindakan teroris dengan atribut Islam seperti Ulama, kebun Kurma, badan Amil Zakat, pemahaman Jihad dan organisasi Islam. Sebagai negara pengguna Sistem Kapitalis yang memiliki paham sekuler, dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, negeri ini menjadi sasaran empuk para pembenci Islam untuk melancarkan strategi-strategi busuk yang bertujuan menghalangi dakwah politik Islam agar negeri ini dapat terus berada dalam cengkeraman Hegemoni Kapitalis. Untuk itulah dakwah untuk membangkitkan Kesadaran umat Islam akan pentingnya Khilafah sangat dibutuhkan. Hanya Khilafah yang mampu membentengi umat dari isu terorisme dan segala bentuk kedzaliman yang melanda umat Islam saat ini .

 

[LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis