Muslim Uighur Menantikan Sang Adidaya
Oleh: Ita Mumtaz
Lensa Media News – Panggung kebiadaban pemerintah Cina terhadap muslim Uighur sudah di luar batas kemanusiaan. Bahkan kita tak akan sanggup sekadar membaca atau mendengar bagaimana bentuk kekejaman negara komunis itu kepada saudara seiman. Namun, tragedi ini tak membuat pemerintah negeri-negeri muslim berdiri pada sikap pembelaan.
Dalam Join Statement pada Sidang Komite III Majelis Umum PBB Ke-76 di New York, 21 Oktober 2021, Indonesia ssbagai negeri muslim terbesar tidak termasuk dalam daftar 43 negara yang mengecam Cina terhadap permasalahan Xinjiang menyangkut muslim etnis Uighur. Alasan yang dikemukakan Jubir Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah yaitu, Indonesia, meskipun tidak ikut serta dalam kedua JS, Indonesia tetap menyuarakan isu HAM melalui mekanisme yang ada, seperti Universal Periodic Review (UPR) atau pelaporan HAM. Selain Indonesia, negeri muslim yang lain, diantaranya Kuwait, Arab Saudi, Rusia, Maladewa, Maroko, Ghana, dan Pakistan justru mendukung Republik Rakyat Tiongkok dalam isu Xinjiang, menolak tuduhan pada Cina, dan menganggap hal tersebut hanyalah motivasi politik dan disinformasi (indonews, 23/10/2021) .
Sungguh ini adalah pengkhianatan besar yang dilakukan pemerintah negeri muslim terhadap saudara sesama muslim. Cina saat ini tengah menjadi kekuatan ekonomi dan politik di dunia. Pembangunan ekonomi negeri-negeri muslim banyak bergantung pada bantuan Cina. Sebab itulah mereka tak punya nyali membela saudara yang terzalimi dengan alasan klasik tidak mau mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Bahkan yang paling kejam mengatakan bahwa semua itu hanyalah hoax yang sengaja diciptakan oleh negara pesaing. Seorang ulama di negeri ini sempat mengatakan bahwa dia menjamin tidak ada diskriminasi apalagi kekerasan terhadap etnis Uighur dan minoritas Muslim lainnya di Xinjiang. Padahal fakta tak bisa dipungkiri. Seorang mantan polisi Cina menceritakan bagaimana aparat kepolisian Cina menyiksa tahanan muslim Uighur di Xinjiang. Hingga saat ini nasib muslim Uighur masih berada dalam penindasan dan mengalami penyiksaan di luar batas kemanusiaan. Kondisi memilukan yang dialami oleh muslim Uighur, juga umat Islam di belahan bumi yang lain seperti Suriah, Palestina, Khasmir, Rohingya, dan masih banyak lagi akan terus berlangsung tersebab tiadanya pelindung.
Pelindung dan pengayom umat itu tak lain adalah seorang pemimpin dalam tatanan negara berdaulat. Seorang pemimpin di dalam sistem Islam akan menjalankan kewajiban serta amanah agung yang diberikan oleh Allah terkait dengan kepemimpinannya. Selagi umat masih bercerai dan tidak ada persatuan di bawah satu kepemimpinan, maka masing-masing akan merasa bahwa tak layak kita ikut campur urusan negara lain. Padahal Rasulullah telah mengajarkan kepada kita bahwa seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain.
Jika pemikiran nasionalisme mengalahkan rasa persaudaraan sesama muslim, berarti ukhuwah Islam telah hilang dalam dada-dada kaum muslimin. Sekat-sekat semu kebangsaan nyatanya telah menjadi pembatas dan penghalang ukhuwah di antara mereka. Untuk itulah, mengembalikan persatuan umat Islam sedunia dalam satu kepemimpinan sangatlah urgen untuk diperjuangkan. Kokohnya kesatuan wilayah kaum muslim dalam naungan Islam adalah simbol dari sebuah kekuatan besar. Harapannya, suara pembelaan kita kepada saudara muslim Uighur di antara jeritan mereka mampu menggugah kesadaran muslim sedunia akan pentingnya sebuah institusi pemersatu umat, sekaligus menggentarkan musuh-musuh Islam, baik negara komunis maupun kapitalis. Ketika Allah memenangkan kaum muslimin, maka syariat-Nya akan tegak secara kaffah. Persatuan dan kekuatan umat Islam akan terbentuk dengan sempurna menjadi negara adidaya. Orang-orang kafir pun putus asa ketika kekuatannya tak lagi mampu meruntuhkan kejayaan Islam.
الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ
“..Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku” (QS. al-Maidah: 3).
Semoga kekuatan besar itu segera terwujud melalui tangan-tangan para pejuangnya. Sehingga musnahlah segala bentuk penindasan dan penjajahan.
Wallahua’lam bishawwab.
[lnr/LM]