Islam itu Solusi, Kenapa Masih ke Lain Hati?

Oleh: Yuke Octavianty
(Pegiat Literasi Dakwah)

 

Lensamedianews.com-Pandemi belum juga mereda. Berbagai kebijakan pun ditetapkan pemerintah, guna meredakan ledakan korban pandemi. Namun, badai pandemi tak juga kunjung usai. Setelah ditetapkan PPKM Darurat Jawa Bali (3-20 Juli 2021), PPKM diperpanjang lagi hingga tanggal 25 Juli 2021 dengan terus memantau gerakan pandemi (okezone.com, 20 Juli 2021). Meskipun berat, tapi program ini harus tetap dilanjutkan, demikian ujar Presiden Joko Widodo (tempo.com, 20/7/2021). Tak elak, gelombang protes terus berdatangan dari berbagai pihak.

Pemerintah mengimbau masyarakat untuk tetap tinggal di rumah, demi meminimalisir penyebaran virus. Namun, bagaimana dengan nasib para pedagang kecil, tukang ojek, dan nasib masyarakat yang hanya menyandarkan nafkahnya dari pendapatan harian? Sedangkan kucuran bantuan dari pemerintah tak bisa dijadikan andalan untuk penghidupan setiap hari.

Tak hanya masalah penghidupan rakyat. Sektor kesehatan pun sudah kolaps karena tingginya jumlah pasien yang harus dirawat (bbcnews.com, 19/7/2021). Tingginya angka kematian. Insentif tenaga kesehatan pun tak mampu dibayarkan oleh pemerintah. Tak heran banyak tenaga kesehatan yang ressign dari pekerjaannya.

Sungguh luar biasa keadaan krisis di dalam negeri. Pandemi yang sudah sangat parah, mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Hingga lahirlah krisis multidimensi. Sistem ekonomi kapitalisme yang dianut negeri semakin menambah parah keadaan. Sistem ekonomi yang berbasis pada utang luar negeri. Luar biasa mencekik perekonomian. Wajar jika negeri kita “keok” juga di sektor ekonomi. Faktanya, utang luar negeri Indonesia sampai dengan April 2021 mencapai 418 miliar dolar AS atau setara Rp5.977,4 triliun (asumsi kurs Rp14.300 per dolar AS) (kompas.com, 27/06/2021). Ditambah beban bunga yang harus dibayarkan pemerintah. Angka yang fantastis.

Sejatinya negara adalah “lembaga” yang wajib memenuhi seluruh kebutuhan para rakyatnya. Mulai dari sandang, pangan, papan hingga kesehatan. Namun, sekarang Ibu Pertiwi lumpuh karena dimakan sistem yang rusak. Apapun kebijakan yang diambil pemerintah, selama masih berpijak pada sistem yang salah, pasti melahirkan keputusan cacat bagi umat.

Lockdown tak bisa menjadi pilihan tegas dalam kebijakan menghentikan wabah. Karena pemerintah tak memiliki manajemen “jujur-amanah” dalam mengelola sumberdaya alam negeri. Watak rakus penguasa sistem kapitalisme jelas merusak segala bidang kehidupan seluruh rakyatnya. Materi dan keuntungan pihak-pihak pemilik modal menjadi landasan utama bergeraknya ekonomi dalam negeri. Sungguh mengenaskan. Nyawa rakyat yang harusnya menjadi prioritas utama, kini hanya dipandang sebelah mata.

Kebijakan lockdown, seharusnya segera dengan cepat diambil saat virus Covid-19 baru masuk wilayah negeri ini. Namun, faktanya, pemerintah malah berlaku sombong dan membuat keputusan-keputusan yang sama sekali tak berpihak pada rakyat. Menyedihkan. Akhirnya, kini pandemi semakin meluas, liar dan tak terkendali.

Solusi kompleks harus segera ditetapkan. Karena krisis multidimensi akibat pandemi tak bisa lagi dielakkan. Salah satunya dengan segera me-lockdown wilayah-wilayah zona merah, tegas diberlakukan. Dan pemenuhan kebutuhan seluruh rakyat pun harus seutuhnya dari biaya negara. Selain itu, protokol kesehatan pun harus lebih tegas dikenakan seluruh rakyat. Selanjutnya, negeri kita harus segera taubatan nasuha. Sebenar-benarnya taubat, karena Allah-lah satu-satunya yang berkuasa mengangkat wabah dari negeri ini.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَا كْتُبْ لَـنَا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰ خِرَةِ اِنَّا هُدْنَاۤ اِلَيْكَ ۗ قَا لَ عَذَا بِيْۤ اُصِيْبُ بِهٖ مَنْ اَشَآءُ ۚ وَرَحْمَتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ ۗ فَسَاَ كْتُبُهَا لِلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَا لَّذِيْنَ هُمْ بِاٰ يٰتِنَا يُؤْمِنُوْنَ ۚ

“Dan tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sungguh, kami kembali (bertobat) kepada Engkau. (Allah) berfirman, Siksa-Ku akan Aku timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka, akan Aku tetapkan rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A’raf : 156)

Satu poin penting, kita semua harus segera campakkan sistem yang kini dianut yaitu sistem kapitalisme yang rusak dan merusak, self destructive system. Segera menggantinya dengan sistem Islam yang kafah. Sistem Islam menyeluruh untuk seluruh aspek kehidupan. Sistem Islam tak pernah melihat untung rugi. Sistem inilah satu-satunya sistem shahih yang menjadi solusi seluruh krisis yang kini terjadi. Niscaya, pertolongan Allah Swt. pun segera datang. Wallahu a’lam bisshowwab. [LM/Ra]

Please follow and like us:

Tentang Penulis