Total Muhasabah di Tengah Musibah
Oleh: Irma Sari Rahayu, S.Pi
Lensa Media News – Wabah covid-19 kembali memuncak. Rumah sakit dan tenaga kesehatan kewalahan dengan membludaknya jumlah pasien, hingga beberapa rumah sakit terpaksa mendirikan tenda darurat agar dapat menampung pasien yang berobat. Jumlah kasus positif covid-19 di Indonesia tercatat sudah mencapai 2.345.018 orang dengan penambahan kasus aktif positif sebanyak 34.739 orang. Jumlah ini adalah rekor tertinggi sejak covid-19 melanda Indonesia. Sementara itu, jumlah pasien positif yang dinyatakan meninggal dunia bertambah sebanyak 1040 pasien. Sehingga total pasien yang meninggal karena wabah ini mencapai 62.908 orang (tribunnews.com, 7/7/2021).
Melihat kondisi ini, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar mengimbau kepada seluruh pihak untuk melakukan doa bersama di rumah masing-masing. Himbauan ini tertuang dalam surat resmi yang disampaikan kepada kepala desa, pendamping desa dan warga desa (detiknews.com, 3/7/2021). Selain melakukan doa memohon agar pandemi segera berlalu, Mendes meminta agar warga desa selalu mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas di luar rumah (detiknews.com, 4/7/2021).
Musibah adalah Qadha Allah SWT.
Sebagai seorang muslim, wajib memandang sebuah musibah dengan kepasrahan total sebagai bentuk keimanan terhadap qadha atau ketentuan dari Allah. Sebagai makhluk yang bersifat lemah, datangnya wabah menjadi bukti akan sifat-sifat Allah yang Maha Pencipta dan Maha Berkehendak. Tak ada daya upaya manusia untuk menolak atau melarikan diri dari takdir yang sudah digariskan-Nya.
Berdoa adalah aktivitas wajib yang dilakukan seorang muslim untuk menunjukkan hanya Allah SWT. tempat bergantung dan meminta segala sesuatu. Dalam kepayahan dan kelemahan, masih ada keyakinan bahwa Allah yang akan memberikan kesembuhan, kesehatan, keselamatan dan menghilangkan wabah. Aktivitas doa ini tentu harus diiringi pula dengan ikhtiar sungguh-sungguh dalam menangani wabah.
Tak jarang, hadirnya wabah yang bertubi-tubi menjadikan seseorang bertindak panik dan cemas berlebihan. Aksi panic buying terhadap masker, vitamin, obat-obatan, tabung oksigen bahkan susu UHT merk tertentu mengindikasikan kepanikan masyarakat menghadapi corona. Belum lagi kasus-kasus pasien positif yang lari dari ruang isolasi rumah sakit karena stres. Bagi seorang yang beriman dengan segala qadha Allah SWT., bersabar adalah sikap yang harus senantiasa terpupuk dalam jiwa seorang muslim saat tertimpa musibah. Allah SWT. berfirman: “Hai orang-orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung” (TQS. Ali Imran: 200).
Munculnya wabah hendaknya menjadi bahan muhasabah bagi seluruh pihak, terutama bagi pemimpin negeri. Wabah corona yang melanda lebih dari setahun bahkan kondisinya kian mencekam, seyogianya menjadi sebuah perhatian dan evaluasi tentang ikhtiar penanganan wabah yang sudah dilakukan. Sudahkah ikhtiar ini dilakukan dengan sungguh-sungguh? Apakah sudah sesuai dengan tuntunan syariat Allah? Jika berkaca pada berbagai kebijakan yang telah dilakukan negara dalam menangani wabah corona, kita bisa melihat sejauh mana efektivitas kebijakan tersebut. Mulai dari PSBB hingga PPKM Darurat semua terlihat sama, karena beranjak dari paradigma penanganan wabah yang tidak bersumber dari syariat.
Kepentingan kapitalis masih terlalu kental bermain dalam setiap kebijakan yang diambil. Himbauan sejumlah pakar kesehatan agar pemerintah melakukan karantina wilayah tak dihiraukan. Bahkan di tengah pandemi, negara justru melakukan manuver-manuver berupa kebijakan penuh kontroversi, seperti membuka tempat wisata, pusat perbelanjaan, hingga tetap menerima Tenaga Kerja Asing (TKA) dengan alasan pemulihan ekonomi.
Maka hendaknya musibah yang terjadi menjadi alasan terbaik untuk melakukan muhasabah secara total bagi pemegang kebijakan negeri ini. Berdoa saja belumlah cukup, jika tidak diiringi taubat nasuha oleh seluruh lapisan masyarakat dan para pemimpin. Sudah terlalu lama negeri ini enggan diatur oleh syariat Allah, bahkan untuk menangani pandemi sekalipun. Padahal sangat jelas anjuran Nabi SAW. perihal penanganan wabah dalam hadisnya: “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka janganlah tinggalkan tempat itu” (HR. Bukhari).
Wallahua’lam.
[lnr/LM]