Mengapa Wabah Makin Menggila? 

Oleh: Emmy Emmalya

 

Lensa Media News – Jawa dan Bali per 3 hingga 20 juli 2021 diberlakukan PPKM darurat. Pemberlakuan ini dilakukan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19, karena pada kedua pulau ini penambahan kasus harian yang terinfeksi Covid-19 sangat signifikan dan terbesar selama pandemi terjadi di Indonesia. Tapi mengapa sudah hampir dua tahun pandemi di Indonesia belum memperlihatkan tanda-tanda akan berakhir, malah wabah semakin tak terkendali.

Berbeda dengan negara asal virus ini yaitu China tepatnya di kota Wuhan. Saat ini mereka bisa melepas maskernya dan bisa hidup normal kembali.

Menanggapi hal ini Ahmad Rusdan, H.U., Ph.D., seorang pakar biologi molekuler dalam acara talkshow di chanel Youtube tanggal 4 Juli 2021 menyatakan bahwa sejak awal virus itu muncul di China, negara China langsung mengambil strategi eliminasi, artinya negara China mengambil sikap keras dan tegas terhadap warganya dengan melakukan lockdown selama tiga bulan.

Pada masa lockdown itu China langsung melakukan testing kepada 10 juta warganya dan akhirnya terdeteksi 300 ribu orang yang terinfeksi Virus Covid-19. Setelah itu warga yang terinfeksi itu langsung ditracking dan dipisahkan dengan warga yang sehat. Sedangkan warga sehat yang menjalankan masa lockdown dipasok kebutuhan hidupnya oleh negara dengan mengerahkan militer untuk mendistribusikan kebutuhan tersebut.

Berbeda dengan di Indonesia, pemerintah tidak mengambil strategi eliminasi tapi malah menggambil strategi mitigasi artinya kebijakan tarik ulur alias kadang keras, kadang longgar dan, selalu berharap wabah ini akan hilang dengan sendirinya. Indonesia dari awal munculnya virus ini terlalu hitung-hitungan untung-rugi dibandingkan mengutamakan kesehatan, ditambah lagi pemberlakuan sanksi yang tebang pilih terhadap rakyatnya sehingga memunculkan ketidakpercayaan publik terhadap kinerja pemerintah. Maka suatu hal yang wajar ketika diterapkan PPKM darurat masih banyak masyarakat yang melanggar prokes dan banyak yang menganggap virus ini merupakan hasil sebuah konspirasi.

Maka untuk mengurai permasalahan tersebut perlu ada kerja serius untuk menangani pandemi ini. Apalagi Indonesia merupakan negeri yang mayoritas beragama Islam, yang tentu memiliki solidaritas yang sangat tinggi ketika tertimpa musibah. Satu-satunya cara untuk menuntaskan pandemi adalah dengan menjadikan tuntunan dari Rasulullah sebagai tauladan dalam menyelesaikan masalah pandemi.

Rasulullah sudah sejak berabad-abad lalu menyampaikan solusinya sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, dari Abdurrahman bin Auf, bahwasannya Rasulullah bersabda, ” Jika kalian mendengar di suatu daerah ada penyakit menular, maka janganlah kalian memasukinya dan jika kalian berada di daerah yang ada penyakit itu maka janganlah kalian keluar dari daerah itu.”

Dari hadits ini sudah tergambar bagaimana Islam menangani masalah wabah. Islam memberikan solusi yang tepat, cepat dan pasti hasilnya. Dengan menangani wabah sejak awal kemunculannya, maka pergerakan penyakitnya bisa segera tereliminasi sehingga tidak menyebar ke mana-mana. Orang yang sehat pun tetap bisa beraktivitas secara normal dan pergerakan ekonomi pun berjalan sebagaimana mestinya. Inilah semestinya dilakukan sejak awal.

Kalaulah sekarang ibarat nasi sudah menjadi bubur, maka upaya yang harus dilakukan adalah segera serius untuk menghadapi pandemi ini. Lakukan konsolidasi nasional untuk bersama-sama menangani pandemi, bahu-membahu antar elemen masyarakat, dan hilangkan semua kepentingan politik serta berani untuk melepaskan diri dari cengkeraman negara adikuasa dan sekutu-sekutunya. Jadilah negara yang memiliki kedaulatan dan kemandirian karena Indonesia sebenarnya mampu untuk melakukan itu, ditambah lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah ruah dan sumber daya manusia yang besar.

Adalah suatu hal yang sangat memungkinkan pula bagi Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, untuk mencontoh penyelesaian pandemi sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Sehingga pandemi ini tidak berlarut-larut dan membuat masyarakat menjadi jenuh seakan hidup dalam ketidakpastian. Jangan lagi negara hitung-hitungan dengan rakyatnya sendiri, karena pada hakikatnya jika rakyatnya sakit maka siapa lagi yang akan menggerakkan ekonomi negara.

Satu hal yang tak kalah penting selain ikhtiar yang dilakukan, negara juga harus mengaruskan kepada rakyat agar lebih mendekatkan diri kepada Allah Sang Pencipta virus itu sendiri, dengan cara banyak bertaubat dan mengevaluasi diri atas segala dosa yang telah dilakukan. Sebagaimana khalifah Umar bin Khaththab ketika terjadi gempa di kota Mekah. Beliau mengingatkan rakyatnya agar bertaubat dan meninggalkan maksiat.

Seperti itulah seharusnya sikap seorang pemimpin ketika tertimpa musibah langsung mengingat akan dosa-dosanya dan kembali kepada Allah SWT. Bukan malah sibuk menggenjot perekonomian negara. Semoga para pemimpin saat ini diberikan hidayah oleh Allah SWT, sehingga negeri Indonesia menjadi negeri yang diberkahi dan diridai.

Wallahu a’lam bishshawab.

[ah/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis