Anggaran RS dan Nakes Seret, Apa Prioritas Pemerintah di Tengah Ledakan Covid ?

Oleh: Tri Puji Astuti (Mahasiswi)

 

Lensamedianews.com-Di tengah kondisi lonjakan kasus pandemi Covid-19, tenaga kesehatan (nakes), rumah sakit, serta hotel tempat para pasien rawat inap, tentunya memiliki pengaruh yang besar dan merupakan hal yang tidak bisa dihilangkan dalam proses pemulihan pandemi Covid-19. Bahkan hal tersebut masih berperan sebagai garda terdepan dalam penangan pandemi. Sebagai bentuk apresiasi dan kewajiban, pemerintah memberikan insentif kepada mereka.

Sayangnya, sejak Februari lalu, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menerima banyak keluhan dari anggota perhimpunan yang selama ini terlibat dalam kerja sama pembiayaan fasilitas isolasi bersama Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB). Manajemen hotel-hotel itu berada di dalam posisi yang rumit. Keterlambatan pelunasan pembayaran yang seret sejak Februari lalu menganggu biaya operasional hotel, termasuk penggajian pegawai dan pembayaran kepada rekanan (Majalah Tempo.co 16/6/2021)

Hotel juga mempunyai peranan yang tak kalah penting dibalik penanganan Covid-19. Menyediakan semua jenis layanan akomodasi, ditambah dengan sejumlah kebutuhan untuk mengecek kondisi kesehatan para tamu secara gratis. Tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan dan ditanggung, maka penunggakan insentif dari pemerintah sangat menyulitkan manajemen.

Terutama para petugas kesehatan atau nakes, sejak Januari lalu, banyak keluhan dari petugas akan macetnya insentif yang seharusnya mereka terima. Terutama bagi nakes yang menangani Covid-19 di daerah-daerah pedalaman. Kondisi rumah sakit dengan pasien yang terus membludak dan mereka juga kekurangan petugas kesehatan, kekurangan alat medis/kesehatan seperti oksigen dan ventilator.

Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Luqman Hakim menerima informasi sebanyak 68 daerah tidak menganggarkan insentif untuk tenaga kesehatan atau nakes. Di tengah lonjakan kasus COVID-19 ini, seluruh energi nakes tercurahkan (Detik.com 1/7/2021).

Jika merujuk pada Surat Kemenkeu Nomor 113 Tahun 2021, besaran maksimal insensif bagi Dokter Speasialis yaitu Rp 15 juta, Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) RP 12,5 juta, dokter umum dan dokter gigi Rp 10 juta, perawat dan bidan Rp 7,5 juta, dan nakes lainnya Rp 5 juta untuk per orang dan per bulan.

Tertunggaknya dana insentif kepada nakes ini merupakan bukti ketidakseriusan dalam penanganan Covid-19. Sebab selain harus menjadi garda terdepan penanganan Covid-19, para nakes juga harus berjuang lebih untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena dalam pekerjaan mereka telah rela bertaruh nyawa. Terus bertambahnya jumlah nakes terpapar Covid-19 baik yang kemudian sembuh atau meninggal dunia, tidak diimbangi kelancaran pencairan insentif dan santunan.

Lantas, apa sebenarnya prioritas pemerintah dalam menangani ledakan Covid-19 dan dibarengi dengan defisit anggaran? Tentu melayani pasien dan menyediakan tempat isolasi merupakan tugas yang sudah dibebankan oleh rumas sakit, nakes, dan pihak hotel. Namun, disamping itu mereka juga membutuhkan anggaran atau insentif selain untuk kebutuhan dalam pelayanan juga sebagai bentuk apresiasi. Apakah dengan memutuskan pajak terhadap sembako dan sekolah menjadi solusi dalam permasalahan defisit anggaran negara? Apakah itu menjadi solusi yang efisien untuk mengatasi defisit anggaran?

Sejatinya, isu lemahnya ekonomi Indonesia telah tampak sejak lama tepatnya sejak pertama kali pandemi Covid-19 bertengger di Indonesia, awal tahun 2020. Setiap solusi yang diciptakan para Kapitalis ini hanya berujung merugikan pihak lain atau bisa menambah permasalahan yang baru.

Bukankah kita sudah muak dengan permainan dari sistem kapitalisme ini? Tidak pernah memberikan solusi yang jelas, solusi yang mengatasi permasalahan secara mengakar. Maka, negeri ini seharusnya melihat suatu tatanan sistem kehidupan yang pernah berjaya dengan segala aspek kehidupannya. Sistem ekonomi Islam memiliki strategi yang mengatasi permasalahan hingga ke akar-akarnya tanpa mencabangkan permasalahan tersebut.

Itu merupakan solusi yang jelas-jelas telah dibuktikan dengan dikuasainya 2/3 dunia dan dijuluki sebagai peradaban emas. Wallahu’alam bi Showab [LM/Mi]

Please follow and like us:

Tentang Penulis