Penistaan Agama Buah dari Liberalisme
Di tengah bulan suci Ramadan, kaum muslim kembali diuji kesabarannya. Pasalnya, kasus penistaan agama kembali berulang. Kali ini dilakukan oleh seorang youtuber yang mengaku menjadi nabi ke-26 dan menghina Nabi saw. Sungguh ironis, di negeri yang mayoritas muslim ini penistaan agama terus berulang. Bahkan sudah tak terhitung berapa kali kasus ini terjadi. Anehnya, penistaan agama ini keluar dari mulut orang-orang terpandang.
Penistaan agama adalah buah dari sistem kapitalisme yaitu liberalisme dimana kebebasan berpendapat dilegalkan. Kapitalisme menjadikan kasus penistaan agama ini seperti tumpukan masalah tanpa adanya penyelesaian. Kebebasan yang diberikan oleh kapitalisme merupakan kebebasan yang kebablasan. Sehingga, seseorang bebas berbicara apapun, meski itu melukai atau menghina agama tertentu. Tanpa adanya aturan serta sanksi tegas yang membuat pelaku penistaan menjadi jera.
Pun, kebebasan ala demokrasi hanya menghasilkan orang-orang yang berani menghina serta menginjak-injak ajaran Islam yang sudah pasti kebenaranya. Meskipun telah ada undang-undang yang mengatur sanksi terhadap penistaan agama. Namun, hal itu solah tidak ada gunanya. Sebab, kasus tersebut terus berulang. Tentunya hal ini tidak lepas dari adanya penerapan sistem yang rusak, sistem yang menjadikan agama sebagai pelengkap semata, bukan sebagai landasan dalam penerapan aturan dalam kehidupan, yaitu kapitalisme.
Penistaan agama tidak akan pernah terulang jika agama Islam dijadikan landasan dan patokan dalam menerapkan aturan kehidupan. Islam adalah satu-satunya sistem yang mampu melindungi umat dan ajaran agama dari para penista agama. Karena, dalam Islam para penista agama diberikan sanksi tegas yang menjadikan pelakunya tidak akan mengulangi perbuatanya, yaitu hukuman mati.
Para khalifah telah memberikan teladan kepada umat manusia tentang bagaimana menyikapi para penista agama. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Khalifah Abu Bakar as- Siddiq, yang memerintahkan untuk membunuh para penghina Rasulullah saw. Pun, dengan kholifah Umar bin khatab. Beliau mengatakan “Barang siapa yang mencerca Allah dan mencerca salah satu nabinya, maka, bunuhlah dia.” (diriwayatkan Al Karmani). Jejak itu dilakukan oleh para khalifah seterusnya.
Sudah saatnya kita bersatu dan berjuang demi tegaknya sistem yang penuh berkah yaitu sistem Islam. Dengan Islam umat tidak akan terhina dan syariatnya akan senantiasa terjaga. [LM, HW]
Dewi Sartika,
Konda, Konawe Selatan