My Flag: Islamofobia Berkedok Film

Oleh: Neneng Sri Wahyuningsih

 

Lensa Media News – Baru-baru ini telah tayang sebuah film pendek “My Flag-Merah Putih vs Radikalisme” di kanal YouTube dan menuai banyak kontroversi. Bagaimana tidak, film tersebut memuat unsur adu domba untuk membenci kaum bercadar dan bercelana cingkrang. Di samping itu, film yang disinyalir ditayangkan untuk merayakan Hari Santri Nasional ini malah menyajikan narasi yang memecah-belah umat dan mendiskreditkan pihak tertentu. Narasi tersebut diwujudkan dalam bentuk adegan perkelahian antara para santri yang membawa bendera Merah Putih dengan santri lain yang membawa panji Hitam Putih (suara.com, 28/10/2020).

Semenjak dirilis, film tersebut banyak sekali yang tidak menyukai. Berbagai kritik bermunculan, termasuk dari para tokoh NU. Mutasyar Khittah NU 1926, KH. Ahmad Zahro menilai film tersebut memicu gesekan antar golongan. Nampak jelas adanya ketidaksukaan pada kelompok tertentu, dapat membangkitkan ‘macan tidur’ dan membuka luka lama (hops.id, 27/10/20). Selain itu, Kiai Luthfi menyatakan bahwa NU pun mengakui cadar adalah syariat Islam, sehingga tidak ada yang salah dengannya (rmoljatim.id, 26/10/20).

Tak dipungkiri, setiap film pastilah membawa pesan yang ingin disampaikan kepada penonton. Begitupun dengan film yang berdurasi 7 menit 29 detik ini. Bagi masyarakat yang belum paham syariat Islam, mereka akan menelan langsung pesan yang tersirat dalam film ini, yaitu menganggap orang/kelompok yang taat syariat (memakai cadar) adalah gerakan radikal yang berbeda dengan muslim pribumi dan menjadi musuh bersama yang harus disingkirkan. Namun, bagi masyarakat yang berusaha taat syariat dan memahami muslim itu satu tubuh, maka akan menunjukkan reaksi berbeda. Mereka bisa melihat pesan mengadu domba dan memecah-belah muslimin dalam film tersebut. Hal ini sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan perpecahan, permusuhan, bahkan benci dan takut dengan ajaran agamanya sendiri. Bisa dikatakan film ini kental dengan Islamofobia.

Membenturkan sosok santriwati bercadar dan bercelana cingkrang dengan cinta pada negerinya sangat keliru. Apa yang salah dengan cadar? Terlihatkah faktanya bahwa orang bercadar membenci negerinya? Perlu kita ketahui, cadar merupakan bagian dari syariat Islam. Meski ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama, namun ketika hal tersebut berlandaskan dalil di dalam Islam, maka pendapat tersebut dikatakan pendapat syar’i. Pun ketika membenturkan bendera merah putih dengan bendera selain merah putih. Maksudnya apa? Coba kita tengok, ada banyak sekali bendera di negeri ini. Bendera ormas, partai, dan lainnya. Jika yang mereka maksud adalah bendera berlafaz “Laa ilaaha Illallah“, bendera ini adalah bendera Islam. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhu, Rasulullah SAW. bersabda:

كَانَتْ رَايَةُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- سَوْدَاءَ وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضُ، مَكْتُوبٌ عَلَيْه ِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ

Panjinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwarna hitam, dan benderanya (Liwa) berwarna putih, tertulis di dalamnya: “Laa Ilaaha Illallaah Muhammad Rasulullah” (HR. Ath-Thabrani).

Agama Islam adalah agama pertama yang merealisasikan konsep kewarganegaraan. Ketika Rasulullah SAW. hijrah ke Madinah, beliau membangun masjid, menyatukan persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar, kemudian membuat perjanjian dan pakta dengan non-Islam di kota yang dihuni orang Yahudi, Kristen, dan Majusi (Piagam Madinah). Ini pertanda, Islam mengajarkan kita untuk cinta pada negerinya.

Maka dari itu, kita sebagai umat Islam jangan mudah terprovokasi dengan hal-hal seperti ini. Adanya perbedaan pendapat itu sebuah keniscayaan. Asal bukan terkait akidah, maka diperbolehkan. Jangan sampai kita disibukkan dengan permusuhan antar saudara muslim. Padahal musuh sebenarnya adalah kaum kafir yang notabene ingin memecah-belah dan menjauhkan muslimin dari agamanya, sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nisa’ [4] ayat 101 yang artinya “Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh kalian yang nyata”.

Wallahua’lambishshawwab.

 

[lnr/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis