Cara Menyapih dengan Penuh Kasih
Oleh: Sri Purwanti, Amd.KL
Parenting – “Para ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban bagi ayah memberi makan dan pakaian kepada ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian” (TQ.S al-Baqarah [2]: 233)
Ayat di atas menjelaskan tentang proses penyapihan anak . Bagi seorang ibu momen menyapih anak merupakan momen yang penuh drama dan emosional. Proses menyapih merupakan salah satu tahap dalam proses pengasuhan, sehingga harus dilakuakn dengan tepat supaya tidak menimbulkan trauma. Ibu juga bisa meilhat kesiapan anak untuk disapih sebelum mulai melakukan proses penyapihan.
Anak yang sudah siap disapih biasanya akan menunjukan tanda alami. Durasi minum ASI menjadi lebih singkat dari biasanya, dan anak mudah teralihkan perhatiannya ketika menyusu.
Ada beberapa hal yang bisa ibu lakukan supaya penyapihan berjalan lancar. Selain memperhatikan usia anak, ibu juga perlu menguatkan niat dan berdoa supaya Allah memudahkan prosesnya, sembari men-sounding anak supaya kooperatif. Pahamkan anak bahwa dia sudah besar sehingga tidak perlu minum ASI lagi, tetapi diganti dengan makanan bergizi seimbang.
Jauh hari sebelum proses penyapihan kedua orang tua harus memiliki target kapan waktu yang tepat untuk menyapih. Proses menyapih biasanya memerlukan waktu yang lumayan panjang, maka orang tua perlu bersabar dalam menjalani tahap penyapihan. Tanamkan sikap konsisten sehingga tidak tergoda memberikan ASI lagi meskipun anak merengek, namun tetap memperhatikan kondisi psikologis anak sehingga tidak menimbulkan trauma.
Usahakan menghindari proses penyapihan mendadak (tiba-tiba) selain bisa menyebabkan stress pada anak, juga bisa menyebabkan masalah pada payudara ibu (bengkak bahkan abses). Proses menyapih hendaknya dilakukan secara bertahap sehingga anak tidak kaget. Hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi frekuensi menyusui, dan memberikan makanan pendamping yang bervariasi.
Anak juga bisa dilatih minum menggunakan gelas atau cangkir dari bahan yang menarik dan tidak mudah pecah. Orang tua juga bisa mengajak anak minum bersama menggunakan gelas atau cangkirnya supaya anak terbiasa dan perlahan lepas dari ASI.
Mulai menidurkan anak tanpa menyusui secara bertahap karena anak sering tidur malam sambil menyusu. Gantilah dengan kebiasaan baru seperti bercerita maupun membaca buku. Selain bisa mengalihkan perhatian anak, kebiasaan ini akan meningkatkan minat anak terhadap buku.
Ibu juga bisa mengajak anak berbicara dari hati ke hati, sembari tetap menunjukan kasih sayang, sehingga anak merasa tetap aman meskipun sudah disapih. Ibu bisa meningkatkan frekuensi pelukan dan ciuman sehingga anak tidak merasa takut kehilangan kasih sayang meskipun sudah di sapih.
Ibu juga harus ekstra sabar karena kadang anak akan menjadi rewel dan sensitif. Tidak perlu terpancing emosi jika anak merengek minta ASI lagi. Kita bisa mengalihkan perhatian anak dengan membacakan buku yang menarik, maupun bermain di luar sehingga perhatian anak teralihkan.
Ibu bisa bekerja sama dengan ayah, misalnya menemani anak menjelang tidur sehingga anak tidak tergoda untuk minta ASI.
Ayah juga bisa membantu mengalihkan perhatian anak ketika bangun dini hari, karena jika ibu yang mendatangi biasanya anak akan merengek minta minum.
Dengan kerjasama yang baik antara ayah, ibu dan anak maka proses penyapihan bisa menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Anak pun tidak merasa kehilangan kasih sayang pasca proses penyapihan.
Wallahu a’lam
[LM]