Negara Adidaya Tak Berdaya

Oleh: Keni Rahayu, S.Pd

(Penggerak Remaja)

 

Lensa Media News – Amerika Serikat sedang sempoyongan, sekarat, mendekati ajalnya. Resesi ekonomi sebab pandemi tegak menghadang. Tidak ada keputusan lain selain membuka lockdown. Bertahap, dilonggarkan.

Vaksin adalah salah satu solusi agar warga negara Amerika bisa percaya diri beraktivitas ke luar. Sayangnya, Gedung Putih belum mendapat kepastian dari tim pembuat vaksin, kapan vaksin Corona dapat diluncurkan.

Dr. Anthony Fauci, yang bertugas di gugus tugas virus Corona, bersaksi di hadapan senat bahwa ‘terlalu jauh dari harapan’ untuk membuka kembali sekolah pada musim gugur. Dr. Fauci dan para pakar lainnya sangat yakin bahwa pengembangan vaksin akan membutuhkan waktu sedikitnya satu tahun (Portal Jember, 18 Mei 2020).

Akhirnya, Trump akan memulai aktivitas ekonomi di negaranya setelah hampir dua bulan lockdown, dengan atau tanpa vaksin virus Corona. Amerika, negara yang digadang-gadang sebagai negara adidaya, ternyata sama tak berdayanya dengan negara-negara yang dijajahnya.

Ketika sistem ekonomi yang dibanggakan berdiri tegak di atas riba, maka Allah tumbangkan semua dengan kuasa-Nya. Melalui makhluk tak kasat mata bernama Corona, ekonomi kapitalisme kolaps, maka tak lagi negara jadi adidaya.

Ketika kebijakan #dirumahsaja ternyata merugikan penguasa dan para pengusaha, maka diputarlah akal, bagaimana caranya agar rakyat tidak lagi #dirumahsaja? Semua aktivitas yang off, diaktifkan kembali. Mal-mal dan sekolah, semua dibuka. Semua ini dilakukan karena ketika manusia-manusia beraktivitas di rumah, perekonomian berhenti. Dampaknya, cicilan mobil, rumah, kartu kredit semua mandek. Para pengusaha gigit jari. Bisnis non riil tumbang. Maha Besar Allah dengan bala tentaranya bernama Corona.

Lihat saja apa yang dilakukan Trump. Ia tak peduli bahkan ketika rakyatnya harus bertempur dengan Corona, mempetaruhkan nyawa. Baginya, yang terpenting perekonomian tetap harus berjalan seperti sediakala. Maka dilahirkanlah narasi-narasi semu bernama New Normal Life. Memaksa rakyat beraktivitas ke luar rumah meski jaminan kesehatan belum ada.
Itu gambaran negara “hebat” yang dielu-elukan banyak orang. Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia tak jauh berbeda. Negara yang dikatakan sebagai negara hebat saja belum mampu menemukan vaksin apatah lagi sekedar negara pembebek seperti Indonesia? New Normal Life jadi trend global negeri-negeri berasas kapitalisme untuk menyelesaikan krisis, termasuk Indonesia.

Dari sini saja kita bisa paham bahwa hukum-hukum yang tak bersumber dari Allah, tak akan mampu menyelesaikan masalah manusia. Solusi yang dihadirkan pasti akan melahirkan masalah baru, atau dikenal juga sebagai solusi tambal sulam. Seperti kebijakan Amerika yang akan datang. New Normal Life adalah kebijakan abnormal bagi orang-orang yang sadar akal.

Begitulah sistem kapitalisme, menuhankan materi dan mengabaikan nilai insani. Tak masalah ribuan jiwa berguguran, yang penting roda perekonomian tetap berjalan. Bahkan, suara-suara ahli di bidang kesehatan tiada dipedulikan. Seperti Dr. Rick Bright, seorang direktur vaksin AS yang dicopot dari jabatannya setelah menuding Gedung Putih memberikan tekanan politik seputar perawatan virus corona. Ia bersaksi di hadapan kongres pada hari Kamis bahwa pengembangan vaksin biasanya membutuhkan waktu satu dekade (Portal Jember, 18/5/20).

Sungguh berbeda dengan sistem Islam. Seorang pemimpin negara, khalifah, pasti akan mempertimbangkan penuh suara para tenaga ahli. Dokter, ahli biomedik, virologi dan sejenisnya disatupadukan dan dibiayai penuh sampai mereka berhasil menemukan antivirus yang tepat. Negara rela rugi bahkan mengucurkan dana sebesar-besarnya dari baitul mal demi keberhasilan tim medis mengatasi pandemi. Bukan malah itung-itungan dengan rakyat. Plan A rugi, plan B rugi, akhirnya pilih plan C yang tidak begitu merugikan (kalau tetap rugi tapi yang nanggung rakyat, ya gak masalah). Negara juga mengumpulkan para aghniya’ (orang-orang kaya) dan para influencer (tokoh masyarakat) untuk mengumpulkan bantuan berupa uang dan barang-barang yang dibutuhkan. Yang penting negara turut andil menjaga rakyatnya jangan sampai ada jiwa gugur satu orang pun.

Mudah-mudahan Corona adalah pertolongan Allah untuk menghancurkan gembong negara-negara imperialis dan menjadi satu pertanda awal mula lahirnya kemenangan Islam dalam bingkai daulah khilafah Islamiyah.

Wallahu’alambishowab.

 

[lnr/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis