Meraih Ketakwaan Sesungguhnya di Hari yang Fitri

Oleh: Zhuhriana Putri

(Aktivis Mahasiswa)

 

 

LensaMediaNews.Com– Umat Muslim kembali merayakan Hari Raya Idul Fitri setelah sebulan penuh berpuasa di Bulan Ramadhan. Namun Hari Raya tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumya karena Umat Muslim harus merayakannya di tengah pandemi COVID-19. Walau demikian, ujian dan cobaan yang diberikan Sang Pencipta ini tidak menyurutkan semangat Umat Muslim dalam beribadah kepada-Nya. Karena seharusnya pandemi ini dapat menyadarkan kita agar kembali bertakwa dan memohon ampun atas segala dosa yang dilakukan.

 

Dilansir dari Tempo.co (23/05/2020), Jokowi mengatakan, “Jika Allah benar-benar menghendaki dan jika kita bisa menerimanya dengan ikhlas dan dalam takwa dan tawakkal, sesungguhnya hal tersebut akan membuat berkah, membuahkan hikmah, membuahkan rezeki, dan juga hidayah.” Jokowi meminta kita bisa menerima dengan ikhlas cobaan wabah yang sedang melanda negeri ini dengan bertakwa dan bertawakkal kepada Allah, agar Allah menurunkan berkah, hikmah, rezeki dan juga hidayah.

 

Begitu juga yang disampaikan oleh Wakil Presiden Indonesia, Ma’ruf Amin, beliau mengatakan, “Kalau beriman dan bertakwa pasti Allah turunkan kesuburan, kemakmuran, keamanan, keselamatan, dan dihilangkan berbagai kesulitan. Itu adalah janji Allah di dalam Alquran.” (Tempo.co, 23/05/2020).

 

Dengan menguatkan keimanan dan ketakwaan, Presiden dan Wakil Presiden Indonesia berharap pandemi ini dapat dihadapi oleh rakyat Indonesia dan diangkat oleh Yang Maha Kuasa dari muka bumi ini. Ketakwaan yang bagaimanakah yang seharusnya dimiliki oleh Kaum Muslimin saat ini terutama oleh penguasa negeri muslim? Apakah ketakwaan tersebut bisa diraih dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang masih berkiblat dengan barat dan tidak berlandaskan hukum syara?

 

Makna Takwa yang Sesungguhnya

Dalam menghadapi pandemi ini, tidak hanya dibutuhkan kesiapan secara medis dan kecanggihan teknologi. Namun diperlukan adanya dasar yang mampu menyelesaikan masalah ini yaitu dasar ketakwaan kepada yang Maha Menciptakan manusia dan virus corona ini. Di bulan syawal ini, seharusnya semakin meningkatkan ketakwaan kaum muslimin setelah menjalankan puasa selama satu bulan penuh.

 

Seperti yang disampaikan oleh Ali Bin Abi Thalib, takwa adalah rasa takut pada Al-jalil (Yang Maha Agung, yaitu Allah), beramal dengan At-tanzil (yaitu syariat yang Allah turunkan), qona’ah dengan sedikit dan bersiap untuk hari kepergian (setelah mati). Jadi takwa yang sesungguhnya adalah ketika seorang muslim memiliki rasa takut hanya kepada Allah dan tidak menjadikan ketakutan terhadap sesama manusia menghalanginya untuk taat kepada Allah. Menjalankan syariat yang telah Allah turunkan dengan sempurna dalam seluruh aspek kehidupan baik individu, masyarakat, dan negara.

Dasar ketakwaan ini tidak cukup hanya pada individu saja. Namun harus adanya kolaborasi ketakwaan antara individu, masyarakat, dan juga negara. Ketakwaan individu sangatlah penting adanya untuk menghentikan pandemi ini. Seorang individu yang bertakwa tentu akan memilih perbuatan-perbuatan yang dapat memutus rantai penyebaran virus corona dan meninggalkan hal-hal yang membahayakan dirinya dan orang lain. Dan senantiasa mengikatkan dirinya pada hukum syara dimana pun dan kapan pun.

 

Namun ketakwaan individu ini tidak akan cukup tanpa adanya ketakwaan masyarakat. Masyarakat yang bertakwa akan saling membahu untuk menjaga, memperhatikan, dan mengingatkan satu sama lain untuk menghentikan penyebaran virus corona ini. Jika masyarakat bertakwa, maka aturan-aturan negara akan mudah terlaksana dengan baik.

 

Akan tetapi, ketakwaan individu dan ketakwaan masyarakat ini tidak akan mampu membantu menghentikan pandemi ini jika tidak dibentengi oleh ketakwaan negara dengan penerapan aturan-aturan yang tepat. Ketakwaan negara hanya mampu dicapai apabila pemimpinnya bertakwa dan aturan yang diterapkan juga berlandaskan ketakwaan yaitu akidah Islam. Negara yang bertakwa lah yang mampu menyelesaikan masalah pandemi ini. Seperti yang dilakukan para pemimpin kaum muslim dahulu dalam negara Islam. Sudah seharusnya para pemimpin kaum muslim hari ini mencontoh apa yang telah dilakukan mereka dalam mengurusi urusan umat. Melakukan taubatan nasuha atas keingkaran dalam menjalankan aturan yang berasal dari Sang Pencipta dan mengubah kebijakan yang ada sesuai dengan pandangan Islam. [RA/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis