Enggan Belajar dari Sejarah dan Zhalimnya Rezim Ruwaibidhah

Oleh : Umm as-Sulthany

(Aktivis Islam Maluku)

 

Lensa Media News – Flu Spanyol yang terjadi pada 1918 yang lalu mencatat 50-100 kematian dari 500 juta orang terinfeksi. Dari data wikipedia, pandemi berlangsung hingga dua tahun dan terjadi dalam tiga serangan. Parahnya, kematian terbesar terjadi pada second wave, saat orang akhirnya berbondong-bondong keluar rumah, ramai kumpul-kumpul. Semakin mengguritalah pandemi ini, puluhan juta nyawa melayang.

Sayangnya, pemerintah enggan belajar dari sejarah. Acuh pada kondisi ekonomi rakyat yang perlu asupan kebutuhan asasiyah di tengah wabah ini. Alih-alih justru membuka semua akses bagi manusia agar kumpul-kumpul dengan dalih perputaran roda ekonomi, padahal sejatinya sama sekali zalim pada rakyat dan manut pada requestnya para kapital.

Pemerintah amat jahat. Ratusan juta rakyat jadi korban kebengisannya. Tiba-tiba mengkampanyekan kurva landai padahal sampai di puncak pandemi saja belum. Kondisi kurva abnormal saat ini sama sekali tak relevan dengan wacana new normal life.

Namun apalah artinya, para pakar epidemiologi saja nyaris tak didengar suaranya. Geram dengan sikap pemerintah yang sangat menunjukkan keruwaibidhohannya. Lagi-lagi, rakyat gigit jari dan ditekan sampai mati.

Innalillaahi
Rezim monster yang berambisi menghabisi nyawa anak kandungnya sendiri di bumi pertiwi. Rezim seperti ini mendapat murka Allah yang amat dahsyat, siap dilahap jahanam kemudian.

Sekarang, apa selanjutnya yang terjadi pasca serangan gelombang kedua? Pasca separuh penduduk negeri ini turut terinfeksi dan akhirnya meninggal dunia? Cukup sudah zalim demi zalim yang menyengat rakyat! Nyawa taruhannya. Pembunuhan massal atas nama pandemi?

Hari ini saat mata tak lagi jelas melihat, raga ringkih tak sigap beraktivitas, organ-organ dalam yang mulai tak menjalankan fungsinya dengan baik, penderita asma yang semakin sesak dengan realita di sekitarnya, anak-anak yang belum sempurna imunitasnya, orang-orang lanjut usia yang sudah mengidap lama penyakit yang dibawanya di usia senja. Mereka mendapatkan kecurangan rezim, keabaian yang tak berpihak pada manusia. Mungkin jiwa manusianya telah raib dimakan zaman, tertebus oleh materi, jabatan dan kepentingan.

Maka sebagai manusia terdidik, keadaan ini tak bisa begitu saja berlalu. Upaya perlawanan pada kebijakan rezim terus harus disuarakan. Bahkan dakwah yang menjadi pilar kebangkitan bagi setiap manusia terus digalakkan.

Janji kebangkitan Islam telah termaktub dalam ayat Ilahi. Pun telah dikabarkan dalam bisyarah Rasul, bahwa Islam akan menang dan mengentaskan segala persoalan umat manusia. Sayang seribu sayang, umatnya sendiri masih sibuk dengan urusan dunia, malas berdiskusi seputar solusi masalah kenegaraan, memilih hidup untuk mencari fulus yang tak akan dibawa sampai mampus. Padahal janji Allah amat jelas pada An-Nur ayat 55. Kabar Rasul juga menguatkan janji-Nya, kembalinya Islam ke atas bumi ini adalah niscaya, berjaya hingga menghujam di depan tanah.

Namun, untuk belajar dari sejarah pun, umat masih acuh tak acuh. Ditambah dengan rezim yang memang ruwaibidhoh, sehingga mustahil memikirkan nasib rakyat, justru mungkin memang sengaja hendak mengulang sejarah pandemi flu spanyol!

 

[lnr/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis