Kesetaraan Gender, itukah Solusinya?
Dunia pendidikan telah mengalami kemajuan dalam 25 tahun terakhir. Meskipun demikian, kekerasan terhadap wanita dan anak perempuan masih terjadi di banyak wilayah di seluruh dunia. UNICEF, menjelang pertemuan sesi ke-64 Komisi Status Perempuan, memaparkan, jumlah anak perempuan yang putus sekolah turun 79 juta orang. Selain itu, anak perempuan kini memiliki kesempatan yang besar untuk melanjutkan sekolah menengah. Namun, pada level pendidikan dasar, jumlah anak perempuan yang putus sekolah, lebih banyak 5.5 juta jiwa dibandingkan anak laki-laki.
Konsep kesetaraan gender mendorong para perempuan untuk keluar rumah. Mereka tidak ingin urusan mereka hanya seputar dapur, mengurus anak dan suami. Sayangnya, hal ini menimbulkan anggapan bahwa urusan pekerjaan lebih penting dibandingkan urusan rumah. Jelas, ini adalah konsep sesat.
Hal ini terjadi karena sempitnya lapangan pekerjaan bagi kaum pria. Akhirnya wanita terpaksa keluar menggantikan posisi pria mencari nafkah sebagai tulang punggung keluarga. Dari sanalah hilang hak kewajiban istri dan suami. Berbagai masalah timbul dan tidak selesai. Dari sini mulai hancur pertahanan pertama yakni keluarga. Sejatinya wanita sangat dimuliakan dengan Islam karena ia senantiasa dijaga. Suami berkewajiban mencari nafkah. Wanita tidak. Jika pun wanita bekerja itu dihitung sedekah untuk keluarganya. Dalam Islam, ibu adalah sekolah pertama untuk anak-anaknya. Dari rahimnyalah terlahir manusia hebat. Di balik negara yang besar ada peran ibu yang besar. Maka, kembalikan peran wanita.
Wallahua’ lam bish showwab.
Susi
[LM]