Oleh : Vega Rahmatika Fahra, SH

(Aktivis Dakwah dan Pegiat Literasi)

 

LensaMediaNews – Semenjak dihebohkan dengan munculnya virus Corona dari China yang mengancam keamanan dan kesehatan rakyat di berbagai negara, masyarakatpun mulai waspada dengan menggunakan masker untuk perlindungan diri, karena dikhawatirkan bahwa wabah virus Corona bisa menular melalui aerosol atau udara, sehingga rakyat ramai membeli dan memakai masker untuk kehati-hatian, termasuk masyarakat Indonesia yang mulai ramai membeli masker karena diduga virus Corona mulai menjalar di Indonesia.

Namun, ternyata harga maskerpun kian melonjak tinggi harganya dan mulai mengalami kelangkaan. Bahkan menjadi sorotan media asing seperti di Straits Time, pada Senin (10/2/2020), menulis artikel berjudul Coronavirus: Price of a box of N95 masks cost more than a gram of gold in Indonesia, yang berarti harga masker lebih mahal dari satu gram emas. Karena harga sekotak masker N95 di Pasar Pramuka telah mencapai harga Rp 1,5 juta, meningkat tujuh kali lipat. Lebih mahal dari satu gram emas saat ini dijual seharga Rp 800 ribu. (SerambiNews.Com, 15/02/2020)

Sungguh disayangkan ketika ditanyakan oleh wartawan mengenai harga masker yang saat ini melonjak tinggi alias mahal setelah menyebarnya Virus Corona kepada Menkes (Menteri Kesehatan) Terawan Agus Putranto, MenKes menjawab dengan jawaban yang mengejutkan, “Salahmu sendiri kok beli ya”. Hal ini dikatakan oleh Menteri Kesehatan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta pada Sabtu, 15 Februari 2020.

Menggelitik memang jawaban Pak Menkes, benarkah mahal dan langkanya masker akibat kesalahan pembeli masker? Sedangkan masyarakat sudah di buat “mati ketakutan” mendengar ganasnya virus Corona yang mulai merebak ke Indonesia, dan bagaimana mudahnya virus itu menular di tengah banyaknya interaksi dengan orang asing yang berkeliaran di dalam negeri dengan bebas, salahkah “aku” yang berusaha melindungi diri di saat pemerintahan sendiri belum mempunyai solusi tuntas terhadap permasalahan virus Corona?

Benarkah semua salah”ku”? Ketika semua kebijakan dan permasalahan di negeri ini yang tiada hentinya tidak dipertanggungjawabkan oleh para wakil rakyat yang seharusnya menyejahterakan rakyat. Ketika cabe mahal disuruh tanam sendiri, ketika harga daging mahal si Menteri kasih solusi agar masyarakat beralih ke keong sawah. Bahkan ketika harga bawang putih mahal MenDag kasih solusi gak usah makan bawang. Begitupun ketika harga beras mahal, Menteri Puan minta orang miskin diet dan tak banyak makan, dan ketika rakyat mengeluh ketika TDL (Tarif Dasar Listrik) mahal, Bos PLN bilang , “Mau tarif listrik turun? Cabut meterannya”.

Antara lucu dan menjengkelkan memang, ketika semua persoalan negeri yang menyengsarakan rakyat tidak diberikan solusi terbaik dari wakil rakyat, bahkan nampak bagaimana mereka ingin melepaskan tanggung jawab dan menyalahkan masyarakat terhadap semua keamburadulan yang terjadi.

Padahal semua adalah salah”mu” yang  tidak memakai aturan hukum yang sudah ditetapkan oleh Sang Maha Pengatur, Allah sudah memberikan solusi setiap permasalahan dengan menurunkan Alquran dan mengirim Rasulullah sebagai suri teladan, tapi ketika aturan yang telah ditetapkan diotak-atik dengan aturan manusia yang lemah dan terbatas maka semua akan ambyar dan saling menyalahkan.

Semua adalah salah”mu”, yang kelak akan dipertanggung jawabkan di mahkamah akhirat, semua jawaban “lucu” yang dilontarkan akan menjadi saksi bagi penderitaan setiap rakyat yang dipermainkan oleh rezim zalim.

 

[ln/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis