Oleh: Henyk Nur Widaryanti

 

LensaMediaNews – Wanita itu telah beruban. Namun, senyumnya selalu sumringah setiap waktu. Meski umurnya setengah abad lebih, raut mukanya tak pernah kusam. Hanya sedikit guratan kecil di wajahnya yang menandakan usianya tak lagi remaja. Memang kulitnya tak sekencang dulu, tapi sinar teduh di matanya selalu memberi ketenangan. Puluhan tahun lalu, wanita ini selalu menjadi tempat untuk mengadu. Tempat menangis. Bahkan tempat membuang segala keluh dan kesah. Aku menyebutnya sebagai ibu.

Menjadi tradisi tahunan di negeri +62 ini bahwa setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari ibu. Tema hari ibu kali ini “Perempuan Berdaya, Indonesia Sejahtera”. Entahlah apa maksud dari berdaya kali ini? Apakah menjadikan ibu mengejar karir dan mengurusi urusan umat disebut sebagai ibu berdaya? Bagaimana dengan kewajibannya mereka sebagai ibu pendidik anak-anaknya?

Hari ini kemajuan para ibu dinilai dari strata pendidikan, pekerjaan suami dan jabatannya, bahkan ibu itu berkarir atau di rumah. Kebanyakan masyarakat menilai ibu yang berhasil adalah ibu yang bekerja dan punya jabatan. Penilaian ini diambil dari opini umum. Opini yang dipengaruhi oleh pemikiran kapitalis. Yang menilai segalanya dari materi. Kebahagiaan dunia semata.

 

Mencari Makna Sejati Seorang Ibu

Ibu adalah orang yang memiliki anak, yang mendidiknya, dan senantiasa mendoakannya. Ibu adalah wanita yang rela sari pati tubuhnya diserahkan untuk jabang bayi. Dengan kesabarannya, ia menahan rasa sakit, letih, lelah, lesu, kantuk, bahkan lapar. Hanya demi buah hatinya. Agar mereka bisa tumbuh berkembang.

Secara fitrah ibu memiliki hati yang suci, halus, dan peka terhadap anak-anaknya. Dengan belaian cinta ia mampu menjadi baja demi melindungi putra-putrinya. Tak ada seorang ibu yang tega menyakiti amanah itu. Bahkan tak mungkin seorang ibu punya keinginan membunuh anak-anaknya.

Dalam sebuah hadist diberitakan, doa seorang ibu itu selalu dikabulkan oleh Allah. “Tiga doa yang dikabulkan, tidak diragukan pengabulannya; doanya orangtua (maksudnya untuk anaknya), doanya seorang musafir dan doanya yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi).

Ibu adalah orang tua kita. Ia akan rela berkorban sepanjang masa. Kasih sayangnya sepanjang jalan. Ibulah yang berperan penting dalam pendidikan anak-anak. Mulai dari kandungan hingga dewasa. Ibu mendidik mereka dengan kesabaran, kasih sayang, dan harapan. Ibu yang memahami agama akan mendidik agama sejak dini. Anak-anak akan diajarkan bagaimana mereka bersikap, mengenal tuhannya, cara beribadahnya, bahkan mengajari dalam melaksanakan hukum-hukumnya. Mulai dari akidah, ibadah, hingga bermuamalah. Seorang ibu seperti inilah yang merupakan ibu bervisi akhirat. Mereka mampu mendidik anak-anaknya menjadi orang-orang yang mengenal Islam sebagai agamanya.

 

Tugas Anak bagi Orang Tuanya

Terima kasihmu pada ibu tak cukup sehari saja. Bahkan tak bisa kita lakukan hanya dengan memberikan materi semata. Ibu tak butuh uang kita. Mereka tak butuh makanan kita. Yang mereka butuhkan adalah perhatian kita, bakti kita. Dalam Islam dikenal sebagai “birul walidain“. Maknanya kita diwajibkan untuk berbakti pada orang tua. Sebagaimana firman Allah, “Katakanlah: Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tua..” (QS. Al An’am: 151).

Maka, rugilah kita jika menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Selagi orang tua (ibu) masih ada, manfaatkan sebaik mungkin untuk berbakti kepadanya. Dengan meringankan segala kebutuhannya, memperhatikan segala kondisinya, senantiasa tersenyum dan ramah padanya, menjadi pelindungnya di kala ibu mengalami masalah, yang tak kalah lupa senantiasa menyebut namanya dalam setiap doa kita. Karena salah satu pahala yang tak kan pernah putus ketika orang tua meninggal adalah doa anak sholeh yang mendoakan orang tuanya.

Sebagaimana Rasulullah Saw pernah bersabda, “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim).

Oleh karena itu dengan menjadi anak yang sholeh, kita akan mampu menolong ibu (orang tua) di akhirat kelak. Mungkin kita tak mampu mengembalikan segala pengorbanannya dengan harta. Tapi kita punya kesempatan bersamanya kembali di akhirat. Asalkan kita menjadi anak sholeh.

 

Jadikanlah Setiap Harimu sebagai Hari Ibu

Adanya peringatan hari ibu untuk mengingat jasa para ibu. Mengapa hal itu terjadi? karena ibu sering dilupakan. Banyak orang tak memedulikan ibu mereka. Bahkan tak jarang dikirim ke panti jompo. Jika semua anak negeri ini sadar dengan kebaikan ibu, maka mereka akan berlomba memuliakannya. Serta takkan ada hari ibu yang diperingati setiap tahunnya. Karena kita telah menjadikan hari ibu di setiap tarikan napas kita.

Wallahu a’lam bishshowab.

 

[ah/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis