Waspada, HIV Mengintai Remaja
Oleh: Neng RSN
LenSaMediaNews– Tak dipungkiri, menjadi remaja zaman now memang berat. Tantangan dan godaan menghantam di segala sisi, gempuran budaya barat pun tak disadari.
Budaya barat yang menganut sistem sekuler, dimana agama dipisahkan dari kehidupan. Sehingga kehidupan sehari-hari tidak diatur berdasarkan aturan Islam. Kalaupun ada hanya terbatas pada aturan tertentu saja seperti salat, puasa, dan ibadah khusus lainnya. Sedangkan dalam kehidupan secara umum seperti pergaulan tidak menggunakan aturan Islam melainkan aturan (hukum) buatan manusia.
Selain itu, adanya jaminan Hak Asasi Manusia yang menjamin terpenuhinya kebebasan individu secara mutlak. Akhirnya lahirlah generasi hedonis, yaitu orang yang hidupnya hanya untuk mencari “kesenangan” atau kepuasan sesaat sesuai dengan kemauannya. Perilaku yang mengikuti hawa nafsu bahkan menyimpang dari aturan Allah, kerap dilakukan para remaja. Alhasil, remaja semakin hilang arah dan terperosok ke dalam jurang kemaksiatan, membawa mereka pada kebinasaan dan akan mendatangkan murka Allah padanya.
Hal ini semakin nyata dengan maraknya peredaran narkoba dengan berbagai jenisnya, maraknya LGBT, serta bertebarannya tempat-tempat prostitusi, terutama yang difasilitasi dan dilindungi secara hukum, media cetak maupun elektonik menjadi fasilitator pemicu seks bebas, Maka wajar pergaulan bebas seolah menjadi budaya masyarakat. Perilaku inilah penyumbang terbesar atas tersebarnya HIV/AIDS.
HIV/AIDS singkatan dari Acquired Immune Definsiency Syndrome, yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Sehingga manusia dapat meninggal bukan semata-mata oleh virus HIV, melainkan oleh penyakit lain yang sebenarnya bisa ditolak seandainya daya tahan tubuh tidak rusak, sedangkan HIV adalah nama Virus menyebabkan AIDS atau disebut “Human Immunodeficiency Virus”.
Sejak HIV/AIDS ditemukan pertama kali di Bali tahun 1987 sampai dengan Juni 2019, perkembangan penyakit HIV/AIDS dari tahun ke tahun memang sangat memprihatinkan, mirisnya telah menjangkiti kalangan remaja yang bahkan masih usia sekolah.
Penyebaran kasus AIDS tertinggi ada pada kelompok umur 20-29 tahun (32,1%), kelompok umur 30-39 tahun (31%), 40-49 tahun (13,6%), 50-59 tahun (5,1%), dan 15-19 tahun (3,2%). Berdasarkan jenis kelamin, persentase AIDS pada laki-laki sebanyak 58% dan perempuan 33%. Sementara itu 9% tidak melaporkan jenis kelamin. (www.tagar.id, 19/09/2019)
Tentu saja angka ini ibarat fenomena gunung es dimana yang terlihat baru permukaannya saja, padahal angka yang sebenarnya tentu saja jauh lebih besar dari data tersebut. Namun, pemerintah sepertinya belum serius menyelesaikan permasalahan ini, terbukti dengan dibiarkan tumbuh subur perilaku merusak yang merupakan faktor penularannya.
Faktor risiko penularan terbanyak melalui hubungan seksual berisiko heteroseksual (70,2%), penggunaan alat suntik tidak steril (8,2%), homoseksual (7%), dan penularan melalui perinatal (2,9%). (www.tagar.id, 19/09/2019)
Dalam Islam, upaya menyelesaikan masalah HIV/AIDS dapat dilakukan dari aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (pengobatan). Upaya preventif (pencegahan) dilakukan dengan pendekatan mulai dari keluarga hingga tatanan negara.
Pendidikan di dalam keluarga dan sekolah untuk membentuk keimanan serta kepribadian individu sehingga mampu memilih perilaku yang benar dan salah serta baik dan buruk dalam pandangan Islam. Masyarakat yang menjadi kontrol sosial dan peduli terhadap kerusakan yang terjadi di sekitarnya dengan melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
Negara sebagai pelindung dan pengurus masyarakat yang mempunyai kekuasaan penuh untuk mengatur hal-hal menjadi pemicu pergaulan bebas yang berupa pornografi dan pornoaksi di berbagai media, tempat hiburan malam, serta tempat-tempat prostitusi. Mengatur sistem pergaulan dalam masyarakat dengan menggunakan aturan islam, serta menetapkan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya.
Sedangkan upaya kuratif (pengobatan) dilakukan dengan memisahkan (karantina) penderita HIV/AIDS dari masyarakat umum untuk mendapatkan pengobatan khusus dan mendapatkan bimbingan serta motivasi agar mempunyai semangat dan motivasi hidup. Namun bukan berarti mengucilkan penderita tersebut.
Akan tetapi, apabila upaya preventif dilakukan secara maksimal, insya Allah akan mengurangi jumlah penyakit HIV/AIDS. Karena bisa jadi keberadaan HIV/AIDS yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya merupakan salah satu teguran dari Allah Swt karena kelalaian manusia yang semakin jauh dari aturannya.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam Surah Al-A’raaf ayat: 96
“Jikalau sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebab perbuatannya.”
Wallahu’alam bish shawab.
[ LM/EL]