Agar 212 Menjadi Momen Persatuan Umat

Oleh: Nurhayati, SST

 

LensaMediaNews – Aksi 212 tidak lama lagi digelar. Momen ini tentu saja yang paling ditunggu oleh umat khususnya bagi rakyat Indonesia itu sendiri. Pasalnya melalui momen bersejarah inilah umat kembali dibangkitkan ghirah persatuannya. Izin pun sudah dikantongi dan tema yang akan diangkat bermacam-macam seperti #BelaUlama, #BelaAlquran #BelaKalimatTauhid dan #BelaRasulullah. 

Kita tentu belum melupakan bahwa aksi 212 bukan sekadar ajang berkumpul akan tetapi momen mengingatkan dihukumnya si penista Alquran QS. Al-Maidah : 51. Sekalipun Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok itu kini sudah menghirup udara bebas bahkan sudah menduduki jabatan strategis di BUMN. Ironi di negeri demokrasi dimana yang sudah memiliki catatan hukum masih bisa mendapat jabatan.

Melalui aksi damai 212 ini kita kembali diingatkan bahwa umat saat ini sudah bersatu mulai dari kalangan masyarakat bawah hingga public figure ikut andil dalam aksi ini. Pesertanya pun tidak hanya berasal dari dalam negeri saja akan tetapi negara tetangga juga turut hadir.

Mereka hadir atas dorongan iman dan keinginan sama-sama menyuarakan kebenaran Islam dan bukanlah massa bayaran. Namun tetap saja tidak dapat dipungkiri dibalik hiruk-pikuk ini pasti akan ada saja orang yang kontra dengan aksi ini. Ada pihak-pihak tertentu yang mengaruskan opini negatif. Seperti yang dikutip dari laman berita tempo.co (29/11/2019), disana tertulis survey bahwa masyarakat cenderung tak mendukung aksi 212. Bahkan para pembenci Islam membuat tagar #Reuni212Batal.

Namun banyak pula yang mendukung seperti kader PKS, Mardani Ali Sera menyatakan bahwa aksi ini positif dan bisa memberikan kontribusi besar bagi bangsa. Dukungan juga hadir dari praktisi pendidikan, rektor Universitas Ibnu Chaldun,  Musni Umar. Beliau menilai bahwa reuni 212 yang selalu dihadiri jutaan orang sejatinya akan membawa manfaat ekonomi yang sangat besar bagi DKI Jakarta dan Indonesia. Dikutip dalam akun Twitter resminya, @musniumar, dirinya menegaskan akan selalu mendukung dan hadir pada Reuni 212 karena banyak dampak positifnya (akurat.co, 29/11/2019).

 

Persatuan Umat: Titik Awal Kebangkitan Islam

Aksi 212 ini digelar sejak 2016. Dan di tahun 2019 ini mengusung tema yang lagi hangat yakni mengusut tuntas pelecehan Rasulullah oleh Sukmawati. Melalui peristiwa inilah umat satu pemikiran dan satu perasaan bahwa Alquran, Rasulullah, dan Islam itu sendiri haruslah dibela dan diperjuangkan.

Tentu perjuangan ini bukanlah main-main sebab saat ini ruang untuk Islam sangatlah sempit. Terlihat nyata ketika berbicara Islam yang memiliki cara-cara revolusioner dalam menuntaskan masalah bangsa maka cap radikal dan ekstrimis sangat mudah disematkan. Bahkan aktivis pendakwahnya pun haruslah mendapat sertifikasi. Apakah kapabilitas ulama yang saat ini diragukan?

Melalui ghirah umat pada aksi 212 ini, sejatinya aksi besar-besaran umat Islam tak berhenti pada upaya menuntut kepada pemerintah agar menindak penista Nabi dan simbol-simbol Islam  diadili secara tegas. Sebab telah banyak kita saksikan hukuman yang dijatuhkan pada orang-orang sebelumnya pun dirasakan tidak adil bagi umat Islam itu sendiri.

Lagi-lagi umat Islam dibuat kecewa sebab menjatuhkan harapan pada orang yang salah. Alih-alih mendapat hukuman tegas malah yang melaporkan mendapatkan diskriminasi hukum dinilai salah dan yang terlapor dinilai hanya sebagai korban ujaran kebencian.

Maka aksi besar-besaran umat Islam harus terus dilanjutkan dengan tuntutan kepada para penguasa untuk segera menerapkan seluruh isi Alquran secara kaffah. Hanya dengan cara itulah segala bentuk penodaan dan penghinaan terhadap Islam dan semacamnya tidak akan terjadi secara berulang.

Umat Islam harus menempatkan marah dan ridanya sesuai dengan kondisi dan tempatnya. Marah ketika Islam di nomor duakan dalam kehidupan bernegara dan rida hukum Allah diterapkan di bumi-Nya, tempat kaki ini berpijak.

Wallahu a’ lam biashowab.

 

[ry/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis