Menumbuhkan Rasa Percaya Diri pada Anak
Oleh : Sri Purwanti, Amd.KL
(Pegiat Literasi, Member AMK)
Parenting – Menurut Hambly (1992) percaya diri adalah keyakinan terhadap diri sendiri sehingga mampu menangani segala situasi dengan tenang, tidak merasa inferior di hadapan siapapun, dan tidak merasa canggung di hadapan banyak orang. Jadi Percaya diri bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana anak merasa nyaman terhadap dirinya sendiri dan penilaian orang lain. Perasaan itu muncul dari dalam diri anak, mempengaruhi pola berpikir, dan akan terlihat dari tingkah laku yang mereka tunjukan. Memiliki rasa percaya diri sangat penting bagi seorang anak, karena dengan memiliki kepercayaan diri yang tinggi mereka akan mampu mengambil tindakan yang tepat terhadap permasalahan yang mereka hadapi.
Membangun rasa percaya diri pada anak dimulai dari kesadaran kita bahwa rasa percaya diri berasal dari dalam diri anak masing-masing. Cara paling mendasar adalah orang tua harus memberi kepercayaan pada anak, supaya mereka yakin akan kemampuan diri mereka sendiri. Kadang tanpa kita sadari kesalahan orang tua dalam menerapkan pola asuh dapat menghambat tumbuhnya rasa percaya diri pada anak. Orang tua yang sering memanjakan anak, mendidik dengan kekerasan (bentakan, pukulan), menakuti anak dengan hal-hal yang bersifat fantasi (ada hantu, dan semisal), jarang memberikan apresiasi adalah beberapa contoh perilaku orang tua yang bisa menghambat tumbuhnya rasa percaya diri pada anak.
Menanamkan rasa percaya diri pada anak adalah sebuah proses bertahap. Proses ini tidak bisa langsung sekaligus, Percaya diri tidak akan pernah bisa hadir sampai anak paham dengan diri mereka. Mengenalkan konsep dari mana mereka berasal, untuk apa mereka hidup, dan mau kemana setelah kehidupan di dunia bisa membantu anak menemukan konsep diri yang positif. Penanaman akidah juga harus dilakukan sejak dini, supaya anak memiliki kepribadian yang baik sehingga bisa memunculkan kepercayaan diri dalam diri mereka.
Sering mengajak anak untuk berinteraksi dengan kawan sebaya, membiasakan mereka untuk ikut hadir ke majelis ilmu, membiasakan salat berjamaah di masjid, menciptakan suasana hangat dalam keluarga, serta memberikan respon positif untuk setiap kebaikan yang mereka lakukan juga bisa meningkatkan kepercayaan diri pada anak.
Orang tua juga bisa menceritakan kisah para sahabat yang memiliki prestasi gemilang di usia muda, prestasi itu tidak mungkin bisa diraih kecuali mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Seperti kisah Umair Bin Abi Waqqash, seorang anak pemberani, penuh percaya diri, yang menangis ketika Rasulullah tidak mengijinkan ikut berjihad karena usianya yang masih belia. Namun akhirnya karena melihat keteguhan dan keberaniannya Rasulullah mengijinkan Umair ikut berangkat bersama pasukan. Atau kisah Muhammad Al-Fatih yang berhasil menaklukan Konstantinopel. Prestasi itu tidak akan bisa diukir kecuali Muhammad Al-Fatih memiliki kepercayaan diri serta keberanian yang tinggi. Jangan sampai anak-anak kita justru salah memilih tokoh idola yang sebenarnya hanya tokoh khayalan seperti Superman, Ultraman dan tokoh sejenis.
Anak yang percaya diri bukanlah anak yang masa bodoh pada lingkungannya karena merasa telah terlalu yakin pada dirinya sendiri, sehingga seenaknya melakukan apa pun yang ia mau. Tetapi mereka adalah anak yang dengan sikap yakin terhadap dirinya mampu memposisikan dirinya secara tepat dalam lingkungan, mampu mempengaruhi dan mewarnai lingkungan dengan akidah yang terpancar dalam dirinya.
Wallahu’alam bish shawab
[el/LM]