Pendidikan Anak ala Rasulullah, Kunci Sukses Penanaman Kepribadian Islam
Oleh: Nisrin Walida
(Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)
Parenting- Anak adalah karunia terbesar dari Allah. Amanah pengasuhan anak yang dibebankan kepada orang tua merupakan kewajiban besar yang harus dipenuhi. Sebagai peniru ulung, anak selalu mencontoh semua perilaku orang tua. Kepribadian anak bergantung dari penanaman nilai, pola asuh, dan kepribadian orang tuanya sedari kecil.
Para orang tua mendambakan anaknya tumbuh sesuai dengan yang mereka inginkan. Orang tua manapun bahagia ketika anaknya sukses di masa depan. Kesuksesan seorang anak menandakan keberhasilan orang tua dalam mendidik generasi. Namun tanpa disadari, racun sekularisme menjadikan anak-anak menjauhkan agama dari kehidupan. Telah banyak fenomena kehancuran generasi seperti pacaran di usia SD, kenakalan remaja, bullying, pesta narkoba, dan sebagainya. Pengawasan yang lemah dari orang tua juga patut dipertanyakan akan hal tersebut.
Di samping itu, sekularisme membuat anak memiliki kepribadian individualis. Sebagai contoh, anak sering ‘dipaksa’ berkompetisi mencapai ranking tertinggi di sekolahnya agar dicap sebagai anak cerdas. Secara otomatis anak akan melakukan segala cara, termasuk cara-cara curang. Ada pula orang tua yang sangat protektif dan selalu mengabulkan semua permintaan anaknya. Pola asuh tersebut menjadikan anak bergaya hidup hedonis dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitar.
Secara langsung atau tidak, nilai-nilai sekularisme menggerogoti segala lini kehidupan. Kerusakan di dunia anak dianggap hal biasa. Solusi yang ditawarkan pun belum sampai ke akarnya. Pemerintah hanya mengimbau agar para oang tua memperhatikan pola asuh dan pendidikan anak dan tujuan nasional tercapai. Namun tak ada langkah edukasi. Tindakan yang ditempuh hanya sampai pada taraf pencegahan, namun minim pengawasan.
Apalagi untuk sekarang, pemerintah hanya sibuk menangkal radikalisme pada anak. Pemerintah menaruh kecurigaan bahwa anak bisa saja terpapar ideologi yang mengajarkan kekerasan dan mengancam stabilitas negara. Narasi pluralisme dan nasionalisme sengaja disusupkan pada kurikulum pendidikan anak. Padahal, narasi radikalisme merupakan proyek Barat yang ditujukan kepada kaum muslim. Kaum muslim akan dibuat fobia mempelajari agamanya sendiri. Lambat laun mereka akan membenci dan meninggalkan syariat Islam. Ketika syariat Islam semakin dijauhi, efek sekularisme akan semakin parah.
Pendidikan anak ala Rasulullah Saw. berhasil mengantarkan Muhammad Al Fatih menjadi pemimpin besar di masanya. Muhammad Al Fatih tidak hanya mampu menghafal Alquran dan ribuan hadits, tetapi beliau juga cerdas menghadapi permasalahan umat di negerinya. Beliau mampu menerapkan syariat secara menyeluruh dalam mengurus urusan umat di dalamnya. Tentu saja peran pendidikan orang tuanya tak dapat dilepaskan.
Karenanya, penting bagi orang tua menanamkan pola pendidikan sesuai dengan ajaran Rasulullah. Pendidikan yang baik dapat menjadikan anak berkepribadian Islam. Anak akan dibekali pola pikir dan pola sikap Islam secara menyeluruh. Anak akan mudah mengenal standar halal-haram dan mudah mengontrol perilaku mereka sendiri sesuai tuntunan syariat. Ketika anak berusia baligh, mereka memahami dengan kesadaran akan konsekuensi syariat tersebut jika mereka melakukan atau meninggalkan sesuatu.
Wallahu a’lam bishshawab.
[ah/LM]