Taatlah! Karena Siksa Itu Berat, Kau Takkan Kuat

Oleh: Ana Nazahah

(Revowriter Aceh)

 

Kamu pernah ke pemakaman seseorang yang kamu kenal? Apa yang terlintas dalam benakmu saat melihat orang yang selama ini hidup, bercanda, tertawa di hadapanmu kini, dia terbaring kaku. Tak bernyawa? Kamu mengantarkannya ke liang lahat yang sempit, lembab lagi pengap.

Tahukah kamu bahwa suatu hari kamu juga akan begitu. Terbujur kaku, lalu membusuk dan menjadi santapan binatang tanah. Tak ada yang bisa menghentikan kematian, setiap insan pasti akan merasakan.

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (an-Nisa’: 78)

Selama berada di dalam kubur, apa kamu pikir kamu akan tidur- tiduran saja, sambil membaca komik kesukaanmu, begitu? Apa kamu pikir alam Barzah itu tempat tamasya? Jawabannya tidak! Di alam kubur, setiap pendosa tak akan dibiarkan tenang tinggal di sana.

Memang benar alam kubur belum menentukan seseorang berada di surga atau neraka. Namun di alam kubur pun Allah akan membuat jiwa-jiwa pendosa menderita. Hal ini tidak lain karena dosa yang dilakukan saat hidup di dunia.

“Kemudian disempitkanlah kuburnya hingga tulang-tulang rusuknya saling berhimpitan. Setelah itu, maka datanglah seseorang yang buruk wajahnya, jelek pakaiannya, lagi busuk aromanya.

Kemudian Ia berkata: “Berbahagialah engkau dengan sesuatu yang hendak menyiksamu. Inilah hari di mana dahulu engkau dijanjikan dengannya (ketika di dunia)”.

Kemudian Ia bertanya: “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan keburukan. Kemudian Dia menjawab: “Aku adalah amalmu yang buruk.” Lalu kemudian dia berkata: “Wahai Rabbku, janganlah Engkau datangkan hari kiamat”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, An-Nasa’i dan Al-Hakim).

Coba kamu bayangkan, wajah yang paling menyeramkan mendatangimu. Di saat yang sama, tubuhmu remuk dihimpit tanah. Kamu harus menahan takut dan sakit secara bersamaan. Masih menganggap sepele? Inilah ganjaran bagi orang-orang yang ingkar.

Tidak cukup dengan siksa di alam Barzah, jiwa-jiwa pendosa pun akan digiring, dengan penuh kehinaan, di Padang Mahsyar dengan merasakan panas menyengat. Hampir-hampir mereka tenggelam oleh keringat yang keluar dari pori-pori mereka.

“Matahari akan didekatkan dengan makhluk pada hari kiamat sehingga jaraknya satu mil. Ketika itu, manusia berkeringat sesuai dengan amalnya. Di antara mereka ada yang berkeringat sampai ke mata kaki, ada pula yang sampai ke kedua lutut, ada yang sampai ke pinggangnya dan ada yang tenggelam oleh keringatnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berisyarat dengan tangannya ke mulutnya. (HR. Muslim)

Sampai di sini, tidakkah ingatan akan kehidupan setelah kematian itu membuat kita ngeri? Alangkah baiknya ingatan itu mampu mendorong manusia untuk segera bertaubat. Berhenti dari maksiat.

Jika kita pikir-pikir, mana ada manusia waras yang mau menzalimi diri. Setiap membayangkan siksa, fitrahnya kita pasti bergidik ngeri. Tapi sayangnya, perasaan itu hanya terlintas sesaat saja. Kenyataannya, kita masih dan akan terus larut dalam kesenangan dunia. Mengulang kesalahan demi kesalahan. Dengan anggapan bahwa waktu bertaubat masih panjang.

Ah, ya, Ini karena hidayah belum datang! Lagi-lagi manusia butuh objek untuk disalahkan. Adanya anggapan persoalan hidayah adalah masalah pilihan Tuhan. Allah tidak pernah menghalangi kita bertaubat. Entah datang dari mana falsafah rusak ini. Yang jelas Allah jauh dari sifat-sifat yang kita tuduhkan.

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (asy-Syam: 8)

Maksudnya, Allah tidak pernah memaksa berbuat kebaikan atau kerusakan. Semua murni atas pilihan manusia sendiri dalam memutuskan. Dan karena dasar itulah setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban.

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (Qiyamah: 36)

Ada banyak alasan bagi pendosa untuk menunda taubatnya. Namun cukup satu alasan bagi mereka yang rindu ampunan untuk bersegera taat. Alasannya tidak lain karena ia adalah seorang Muslim. Hamba yang serba kurang dan lemah di hadapan Allah sang Pencipta.

Kecuali orang- orang yang mengaku hebat. Kesombongan telah membuat mereka enggan menaati perintah Allah dan larangan-Nya. Dan karenanya Allah menimpakan azab pedih untuk mereka.

اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَاب وَأَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Maidah: 98).

Wallahua’lam bisshawab.

 

[LenSa]

Please follow and like us:

Tentang Penulis