Fenomena Crossdresser Lahir dari Sistem Sekuler

Meresahkan, pasalnya ada komunitas crossdresser ‘hijaber’. Mereka adalah para lelaki yang menggunakan pakaian wanita muslim. Bahkan menggunakan jilbab syar’i lengkap dengan niqab. Tak sekadar menggunakan hijab, tapi mereka juga berani masuk ke dalam tempat khusus wanita, seperti masjid, hingga toilet wanita. Dan pastinya hal ini sangat meresahkan bagi para kaum wanita sungguhan.

Fenomena crossdresser ini sebenarnya sudah lama ada. Para pelaku merasa bahwa dirinya berhak mengekspresikan diri untuk mendapat kepuasan dan mendapat kepercayaan diri ketika menggunakan pakaian wanita. Hal seperti ini bisa terjadi karena salah pergaulan yang didukung dengan lingkungan pergaulan yang sekuler (terpisahnya agama dari kehidupan). Akhirnya banyak dari mereka yang salah arah dan salah dalam mengekspresikan diri. Sehingga harus melawan fitrah yang telah ditetapkan oleng Sang Maha Pencipta.

Para pelaku merasa puas saat berpakaian wanita, padahal rasa puas yang mereka jalani adalah salah dan menyesatkan. Dalam Islam, haram hukumnya ketika laki-laki menyerupai seorang perempuan, begitupun sebaliknya. Namun di lingkungan sekuler seperti saat ini, tak heran jika disorientasi seksual semakin banyak dan merebak. Sebab, perbuatan tidak lagi disandarkan kepada aturan Sang Pencipta. Aturan agama dilanggar.

Fenomena crossdresser tidak akan terjadi apabila sistem pergaulan diatur berlandaskan Islam. Masyarakat senantiasa didorong untuk menyelaraskan perbuatannya dengan aturan-aturan Allah. Di sisi lain dipupuk rasa syukur agar merasa cukup dengan apa-apa yang telah Allah takdirkan. Selain itu, keimanan pun terus menerus ditanamkan sehingga muncul rasa takut dosa.

Wallahu’alam bishowab. 

[LNR] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis