Masalah Ekonomi, Berujung Gantung Diri
Ironis, kota dengan slogan beriman di Kota Kebumen nyatanya belum terceminkan oleh masyarakat Kebumen. Nyatanya masih sering didapati kemaksiatan di kota kecil ini. Salah satunya tingginya kasus angka bunuh diri dengan cara gantung diri. Hal ini pernah terdata pada tahun 2017.
Angka bunuh diri dengan cara gantung diri di Kabupaten Kebumen cukup tinggi.(TribunJateng.com, 28/09). Kasus bunuh diri di Kabupaten Kebumen juga masih sering terjadi sampai hari ini beberapa waktu lalu salah satu warga di Buluspesantren melakukan gantung diri.
Warga RT 1 RW 5 Dukuh Krajan Desa Klapasawit Kecamatan Buluspesantren, Kamis (12/9), digemparkan dengan peristiwa meninggalnya warga setempat dengan cara gantung diri. Korban yang bernama Wunjiatiningsih (56) tersebut ditemukan gantung diri di pintu rumah. (kebumenekspres.com)
Korban melakukan aksinya diduga karena persoalan ekonomi yang belum terselesaikan hingga memilih bunuh diri untuk mengakhiri hidup. Hal ini tentunya sangat disayangkan. Dan menjadi bukti abainya ri’ayah penguasa terhadap rakyat.
Kapitalisme yang telah menjamur di negeri membuat rakyat belum bisa hidup sejahtera hingga banyak di antara masyarakat yang memiliki problematika terutama masalah ekonomi dan memilih mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.
Dalam Islam bunuh diri adalah perbuatan tercela. Tidak hanya itu, penguasa pun wajib memberikan ri’ayah pada rakyatnya. Memenuhi kebutuhan pokok masyarakat sehingga rakyat tidak terkungkung oleh beban hidup yang berat. Hingga tercipta masyarakat yang sejahtera.
Wallahu’alam.
Shafiyyah AL Khansa, Kebumen
[LN/Fa]