Cukupkah Merayakan Kemerdekaan?

Merdeka merupakan sikap fitrah bagi manusia. Karena itu di segala waktu dan tempat, penjajahan akan selalu ditentang oleh manusia. Apapun bentuk penjajahannya, bisa berupa fisik maupun non fisik.

Bagi seorang muslim, kemerdekaan adalah kemampuan untuk tunduk dan patuh pada perintah Allah Swt secara kaffah. Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. mengatakan, “Seorang budak beramal karena takut hukuman. Pedagang beramal karena menginginkan keuntungan. Orang merdeka beramal karena mengharap keridhaan dari Allah Swt.”

Dulu saat mengusir penjajah Belanda, pendorong terbesar para pejuang muslim di negeri ini adalah faktor agama, yakni Islam. Belanda tidak hanya mengeksploitasi kekayaan di negeri ini, tetapi juga melakukan sikap represif terhadap rakyat yang berupaya melakukan perlawanan, khususnya perlawanan yang disulut oleh api ruhiyah agama.

Secara persenjataan / fisik penjajah Belanda tentu saja lebih unggul sekian kali lipat. Namun akhirnya terbukti, bahwa perlawanan yang berbasis pada akidah tidak akan pernah dipadamkan dengan persenjataan sekuat dan secanggih apapun.

Kini sudah 74 tahun negeri Indonesia ini terbebas dari penjajahan fisik berupa pendudukan militer oleh Belanda. Syukur tentu sudah selayaknya dipanjatkan kepada Allah Swt atas karunia tersebut. Namun, harus pula disadari bahwa penjajahan non-fisik tidak kalah kejamnya dari penjajahan fisik. Keduanya sama-sama mengeksploitasi dan mencengkeram suatu bangsa hingga menimbulkan berbagai kesengsaraan.

Karena itu mensyukuri kemerdekaan dari penjajahan fisik tentu tidak cukup sekadar mengadakan acara perayaan dan peringatan. Itu terlalu sederhana dan tidak sebanding dengan pengorbanan para pejuang Muslim yang mengusir penjajah dari negeri ini.

Perjuangan berat saat ini adalah membebaskan negeri ini dari penjajahan non fisik; khususnya dalam bidang ekonomi, sosial, hukum, budaya dan politik.

Wallahua’lam[].

 

Tawati
Majalengka, Jawa Barat

 

[Fa]

Please follow and like us:

Tentang Penulis