Islamophobia, Injeksi Racun Bagi Umat
Oleh : Prima Rahardjo, S.P
LensaMediaNews- Islamophobia adalah istilah kontroversial yang merujuk pada prasangka dan diskriminasi Islam dan Muslim. Pada tahun 1997, Runnymade Trust, seorang Inggris mendefinisikan Islamophobia sebagai “rasa takut dan kebencian terhadap Islam dan oleh karena itu juga pada semua Muslim,” dinyatakan bahwa hal tersebut juga merujuk pada praktik diskriminasi terhadap Muslim dengan memisahkan mereka dari kehidupan ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan bangsa (id.m.wikipedia.org).
Islamophobia menyerang pemikiran kaum Muslim sejak Barat memecah belah umat Islam menjadi sekat-sekat negara dan menyebarkan Nasionalisme dalam tubuh kaum Muslim sehingga umat Islam lemah dan tak ada junah (perisai) yang melindungi umat Islam.
Bagaikan cendawan yang tumbuh di musim hujan, Islamophobia semakin menyebar di penjuru dunia, mulai dari negeri Eropa sampai Asia. Islamophobia tidak hanya tumbuh di negara barat dengan minoritas Muslim tetapi juga tumbuh di negeri mayoritas Muslim. Islamophobia disebarkan dalam bentuk pelarangan yang menunjukkan simbol-simbol sebagai identitas kaum muslimin.
Di Austria telah diberlakukan larangan pemakaian cadar yang menutupi seluruh wajah di ruang publik. Begitu juga di Jerman yang melarang pemakaian cadar dan burqa. Ini menunjukkan peningkatan paling signifikan untuk periode 2007-2017 bisa dilihat di Eropa, di mana 20 negara membatasi pakaian yang berhubungan dengan agama termasuk burqa dan cadar yang dikenakan oleh beberapa wanita Muslim (m.viva.co.id, 16/7/2019).
Islamophobia juga terjadi di Indonesia. Kondisi ini sungguh memprihatinkan, karena Indonesia merupakan negara dengan mayoritas Muslim. Banyak serangan Islamophobia yang sengaja dimunculkan seperti penolakan bendera Ar Royah (panji Rasulullah), persekusi ulama yang mendakwahkan Islam kaffah, dan alergi terhadap Khilafah. Islamophobia merupakan penyakit impor yang sengaja diciptakan oleh Barat sebagai upaya menghadang kebangkitan umat Islam.
Virus ini terus disebarkan dalam bentuk opini yang berisi stigma negatif tentang Muslim dan Islam sehingga memunculkan rasa takut terhadap Muslim yang menampakkan simbol keislamannya dan ketaatannya pada syari’atNya.
Secara fakta Barat tidak senang melihat perkembangan Islam semakin pesat di Eropa yang dibuktikan dengan semakin banyaknya kaum non muslim masuk Islam. Dan mereka tidak senang gaung Khilafah semakin bergema kembali di penjuru negeri muslim, setelah mereka meruntuhkannya. Mereka berupaya agar umat Islam hanya beribadah ritual dan tidak ridha bila sistem Islam masuk ke ranah politik. Mereka terus menyebarkan politik adu domba sesama Muslim agar takut dengan simbol-simbol dan ajaran Islam sendiri. Barat sebagai pengusung Mabda Kapitalis tak ingin Islam berjaya karena mereka tidak bisa lagi menguasai sumber daya alam di negara-negara Muslim. Jelas, kondisi mereka akan kalah dan terpuruk.
Sudah saatnya umat Islam mewaspadai serangan virus Islamophobia. Umat tidak dengan mudah percaya dengan opini stigma negatif tentang ajaran Islam yang disebarkan Barat. Umat juga jangan mudah diadu domba sesama muslim sendiri. Persatuan umat Islam dunia sangat penting. Persatuan ini hanya bisa terwujud dengan kembalinya sistem Islam memimpin dunia. Tak lain dan tak bukan adalah Khilafah.
Dengan Khilafah, umat Islam tidak seharusnya alergi dan takut. Karena Khilafah juga ajaran Islam. Sistem Khilafah merupakan perintah Allah untuk diterapkan di muka bumi ini agar semua persoalan umat bisa terselesaikan. Kesejahteraan umat bisa terwujud. Khilafahlah sebenarnya obat ampuh mengobati virus penyakit Islamophobia. Hanya Khilafah yang bisa menyelesaikan segala persoalan kehidupan manusia. Dengan Khilafah seluruh manusia di dunia bisa hidup damai dan sejahtera.
Wallahu a’ lam biashowab.
[LS/Ry]