Kemarau Bikin Resah, akibat Manusia yang Berulah
Oleh: Nurul Rachmadhani
LenSaMediaNews– Musim kemarau telah tiba. Tak bisa dipungkiri kekeringan pun terjadi di berbagai belahan daerah di Indonesia. Salah satunya di Kecamatan Undaan, Kudus, Jawa Tengah. Di mana musim kemarau membawa dampak kekeringan yang mengharuskan setiap warga sulit mendapatkan air, alhasil mereka berinisiatif menggali sumur darurat. Sumur darurat yang dibuat atau biasa disebut sumur gowak, digunakan untuk mengairi areal pertanian dan kebutuhan air bersih sehari-hari (Detik.com, 16/7/19)
Tak hanya itu, menurut kepala BNPB Letjen TNI, Doni Manardo menyatakan, sebanyak 1.963 desa di 556 kecamatan, dan 79 Kabupaten telah terdampak kekeringan karena telah memasuki puncak kemarau hingga September 2019. Yang mana diantaranya adalah pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT. Kekeringan juga menyebabkan karhutla di Provinsi Riau kebakaran yang terjadi telah menghanguskan sekitar 3.517 hektare (Okezone.com,15/7/19).
Bahkan, ketika kekeringan telah melanda maka air bersih pun sulit didapat. Seperti yang terjadi di Desa Simongagrok, Kecamatan Dawarblandong, Mojokerto. Sudah satu bulan sulit mendapatkan air bersih. Pada akhirnya masyarakat setempat terpaksa menggunakan air sungai yang keruh dan kotor untuk kebutuhan sehari-harinya, mulai dari mencuci hingga mandi.
Warga mengeluh karena PDAM tak kunjung datang, akhirnya banyak warga yang rela mengantri untuk mendapatkan air bersih dari sebuah tandon bantuan dari Pemkab Mojokerto yang berkapasitas 3.300 liter di teras salah satu rumah penduduk (Detik.com, 17/7/19).
Ulah Manusia, Alam pun Berbicara
Kekeringan yang terjadi sebenarnya bukanlah sebuah fenomena alam biasa. Kemarau seharusnya bukan menjadi penyebab utama terjadinya kekeringan di mana-mana. Tapi kekeringan bisa terjadi karena perbuatan manusianya juga yang tak bisa menjaga dan mengelola alam dengan baik dan benar.
Banyaknya fungsi alam yang berubah karena paksaan tangan-tangan jahil manusia demi kepentingan sendiri, menjadikan siklus alam tak berjalan semestinya. Yang seharusnya dipelihara tapi ternyata malah dirusak dan dimanfaatkan demi keuntungan dunia semata.
Pembangunan di mana-mana, tanpa melihat bahwa tempat berdirinya bangunan tersebut ternyata dapat merusak dan merugikan khalayak banyak. Tak peduli efek yang akan terjadi di kemudian hari, yang terpenting untung sudah didapat tanpa melihat jeritan masyarakat.
Beginilah, ketika kapitalis yang menjadi landasannya maka fungsi alam pun bisa dijadikan bisnis semata. Semua dikomersilkan. Alih-alih untuk kemajuan negeri nyatanya rakyat yang menanggung derita. Sehingga tak salah ketika kemarau tiba kekeringan parah melanda, itu semua karena ulah dari tangan-tangan manusia yang jahil yang rakus akan kekuasaan.
Fungsi Alam Terjaga dengan Aturan-Nya
Allah telah mengatur agar manusia senantiasa menjaga dan melestarikan alam dan lingkungannya, sebagaimana dalam firman-Nya dalam surat Ar-Rum; 41 yang artinya:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Jelas, bahwa kekeringan yang terjadi bukanlah fenomena alam biasa, ini terjadi karena perbuatan manusia yang merusak fungsi alam semestinya. Seharusnya mereka yang serakah menyadari, bahwa aturan yang telah ditetapkan dalam Alquran haruslah dijalankan bukan ditentang.
Alam semesta dan segala isinya yang sudah diciptakan oleh Sang Maha Kuasa, seharusnya bisa dimanfaatkan oleh manusia demi kesejahteraan dan kemakmuran hidup manusia di bumi, tentunya dimanfaatkan dengan aturan yang telah diberikan. Dijaga kelestariannya jangan sampai dirusak.
Kekayaan alam dikelola dengan benar, mengikuti aturan Sang Pencipta bukan aturan manusia. Sebab manusia bisa salah dan menjadi serakah, hingga akhirnya menyebabkan kerusakan dan bencana alam yang tak dapat terelakkan.
Maka dari itu, sistem pengelolaannya harus berubah. Bukan Kapitalis yang hanya mementingkan materi. Tapi dikelola dengan sistem Islam, sehingga fungsi alam tak berubah dari fungsinya. Karena manusia dituntut untuk menjaga kelestarian alam demi kehidupan yang makmur dan berkah. Dengan begitu ketika kemarau tiba, masyarakat tidak dilanda kekeringan, pun keberadaan air bersih tetap terjaga.
Wallahua’lam bisshowab.
[Lm/Hw/Fa]