Tradisi Lebaran dan Tontonan Kemaksiatan

Oleh: Ana Nazahah

 

LensaMediaNews- Ada aktivitas syawalan yang lazim dilakukan di setiap momen lebaran. Yaitu jalan-jalan ke tempat pariwisata. Atau sekedar rihlah menikmati alam ciptaanNya. Maka, tak ayal, setiap tempat wisata, dipenuhi sesaknya kawula muda, yang sedang asyik memadu kasih di depan khalayak ramai tanpa tahu malu. Semua bebas mengekspresikan rasa. Bermesraan dengan berpegangan tangan, berpelukan, bahkan lebih. Semua larut dalam euforia lebaran ala mereka.

Padahal baru kemarin mereka berpuasa. Menahan segala lapar dan dahaga, juga segala kemaksiatan yang bisa membatalkan ibadah puasa. Semua dilakukan untuk menebalkan tameng iman. Demi menjalani hari- hari taat di sebelas bulan berikutnya. Itulah tujuan dari berpuasa, untuk meraih takwa.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ .

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa (Al-Baqarah: 183).

Namun, baru beberapa hari Ramadan pergi, kehidupan yang jauh dari taat kembali dipertontonkan lagi. Masjid-masjid kembali sepi, tempat-tempat maksiat kembali beroperasi. Para ibu dan anak gadisnya yang biasanya bermukena saat ke masjid, kini auratnya terbuka kembali. Pergaulan yang tadinya dibatasi, demi menghormati bulan suci, sekarang menjadi bebas lagi. Banyaknya ikhtilat dan khalwat di tempat pariwisata menjadi bukti.

Ada yang menyatakan aktivitas syawalan ini sebagai bagian dari tradisi. Hukumnya mubah merayakan hari berbuka (hari raya) dan makan-makan bersama sebelum hari libur berakhir. Apalagi aktivitas maksiat tersebut dilakukan di tempat wisata, bukan di masjid atau pesantren tempat orang salat dan mengaji. Jadi, sah- sah saja bukan? Bahkan dengan pacaran terang-terangan begini akan lebih menjaga, daripada mereka yang melakukan sembunyi-sembunyi. Lalu bolehkah kemaksiatan ini dibiarkan begitu saja?

Argumen-argumen tersebut hanya bualan sesat, yang lahir dari pemikiran dangkal orang-orang yang telah terpengaruh ide liberal yang inginkan kebebasan, dan tak inginkan kehidupan diatur oleh aturan Allah SWT. Sama halnya dengan mereka yang menolak ide islam kaffah dalam bingkai Khilafah. Ajaran Islam diklaim sebagai aturan yang tidak sesuai tradisi. Mereka meyakini bahwa hukum Islam harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sesuai perkembangan zaman yang dimaksud adalah sesuai dengan kelaziman masyarakat (mayoritas). Sehingga hukum Islam dipilah. Yang cocok dengan zaman, diambil. Yang tidak cocok dengan zaman, dicampakkan. Dengan demikian, kemaksiatan menjadi lumrah. Kemaksiatan terus dilakukan dan dibiarkan agar mengakar menjadi tradisi dan diwariskan ke generasi selanjutnya. Hingga akhirnya ajaran Islam yang asli, hilang tanpa jejak.

Kenyataannya, tidak ada satupun aturan Islam, yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Justru Islam lah satu-satunya agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Berbeda dengan aturan lain selain Islam, yang selalu berpotensi menimbulkan kekacauan bagi kehidupan manusia. Seperti yang kita rasakan saat ini.

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS. Al-Maidah : 50).

Jika ada yang masih menyatakan Islam sebagai agama yang mendikte dan mengekang, bisa jadi itu karena keterbatasan mereka dalam memahami hukum Islam. Bisa juga imbas dari penerapan hukum Islam yang parsial, tidak secara keseluruhan. Islam hanya terlihat di ranah individu, sementara dalam bermasyarakat dan bernegara kita masih mengunakan hukum sekulerisme.

Mencampur hukum Islam dan hukum kuffur adalah sebuah kebatilan, dan bagaimana mungkin di dalam kebatilan kita bisa merasakan kerahmatan? Karena itulah, Islam wajib diterapkan dalam seluruh lini kehidupan. Bahkan wajib untuk disegerakan penerapannya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS. Al Baqarah: 208).

Sudah saatnya kita mengubah tradisi rusak hari ini dengan mewujudkan Islam yang sempurna diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Sehingga tak ada lagi yang berfikir, bahwa kemaksiatan dan segala bentuk hukum jahiliyah, sah-sah saja dilakukan. Kapanpun dan dimanapun, Islamlah satu- satunya solusi bagi seluruh permasalahan kehidupan. Menerapkan Islam secara sempurna merupakan konsekuensi keimanan. Saat itulah kaum muslimin meraih kemenangan hakiki.

[LNR]

Please follow and like us:

Tentang Penulis