Ramadhan Bulan Alquran

Oleh: Kanti Rahmillah

 

LensaMediaNews- Ramadhan ya syahru syiam. Ramadhan ya syahru Quran. Alhamdulillah wa syukurillah, kita telah berada di sepuluh hari kedua di bulan mulia. Bulan yang penuh dengan ampunan. Para pecinta Sunnah Nabi, senantiasa diliputi rasa bahagia. Karena pada bulan ini, akan ada satu malam yang nilainya setara dengan 1000 bulan. Dialah Lailatul qadar.

Dalam Quran surat Al qodar dijelaskan bahwa Alquran diturunkan di malam Lailatul qadar. Malam kemuliaan, dimana para malaikat dan Jibril turun dengan izin Allah, untuk mengurus seluruh urusan umat manusia. Maka mukminin yang paham keutamaanya, dia tidak akan melewatkannya.10 malam terakhir akan menjadi malam-malam terbaiknya dalam beramal.

Mengapa Allah begitu memuliakan Alquran. Hingga diturunkan dari lauhul Mahfudz menuju Baitul Izzah (Langit bumi) di malam penuh keberkahan? Semua itu karena Alquran adalah petunjuk bagi manusia dalam mengarungi kehidupannya. Adapun kita sebagai manusia, tentulah harus memuliakan Alquran. Bagaimana caranya?

Pertama, dengan membacanya. Atau sering kita sebut dengan Tilawah. Imam Syafi’i terbiasa mengkhatamkan Alquran sebanyak 60 kali setiap bulan Ramadhan. Abu Qatadah menamatkan Alquran 3 hari sekali. Lalu setiap hari di 10 terakhir Ramadhan. Bagaimana dengan kita?

Padahal, satu huruf saja dalam Alquran, jika kita baca, nilainya sama dengan 1 kebaikan. Sedangkan 1 kebaikan di bulan Ramadhan sama dengan 10 kebaikan di bulan-bulan lainnya. Sungguh, merugilah orang-orang yang mengabaikan baca Alquran.

Namun, perlu diketahui bahwa para sahabat dan imam besar adalah penghafal Alquran, tilawahnya yang cepat disertai pula dengan pembacaan Alquran yang tepat. Sehingga, jika hanya menargetkan khatam, tapi tak memperhatikan tajwidnya, justru ini yang keliru. Karena sesungguhnya ayat-ayat Allah mempunyai hak untuk dibaca dengan tepat.

Kedua, memahami Alquran. Jangan berhenti sampai membacanya saja. Karena dalam surat Al Baqarah ayat 185 dijelaskan bahwa Alquran adalah petunjuk bagi manusia. Maka siapa saja yang memahami Alquran dengan keimanan, dia akan bisa mengetahui mana yang boleh dilakukannya. Mana yang harus ia tinggalkan.

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda…”(Q.S Al Baqoroh 185)

Problematika umat yang kian menggurita, adalah akibat jauhnya umat dari pemahaman Islam yang benar. Pemahaman Islam yang Kaffah. Ibarat manusia yang tak mempunyai pegangan. Dia akan terombang ambing dalam kejamnya dunia.

Ketiga, mengamalkan Alquran. Tentu, ilmu tanpa amal adalah percuma. Karena setiap manusia akan dihisab amalnya, bukan ilmunya. Jika membaca Alquran adalah Sunnah, maka mengamalkannya adalah wajib.

Pelaksana syariat bukan hanya individu, negara pun harus menerapkan syariat. Karena ada banyak syariat Islam yang hanya bisa ditegakkan oleh sebuah institusi. Misalnya hukuman potong tangan bagi pencuri dalam surat Al Maidah.

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(Q.S Almaidah ayat 38)

Sesungguhnya, yang mempunyai hak memotong tangan seorang pencuri adalah lembaga peradilan dibawah pemerintahan. Bukan perorangan. Pertanyaannya hari ini adalah, apakah hukum di negara kita memberlakukan hukum potong tangan bagi pelaku pencurian? jawabannya adalah tidak.

Lantas mengapa seluruh hukum pidana di negeri ini tak merujuk pada Alquran? padahal mayoritas warganya adalah muslim? semua itu karena negeri ini mengadopsi hukum positif buatan barat dalam masalah peradilannya. Bukan hukum yang berlandaskan syariat Islam. Padahal telah jelas firman Allah dalam surat Almaidah ayat 50. Allah telah menegaskan bahwa hukum selain buatan Allah adalah hukum kufur.

Keempat, mendakwahkan Alquran. Disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari “Sampaikan lah dariku walau satu ayat”. Rasul menegaskan dalam hadits ini, agar setiap muslim menyampaikan kebenaran sekecil apapun. Agar ajaran Islam tersebar ke seluruh umat manusia.

Namun, lagi-lagi pelaksana dakwah bukan hanya individu. Negara pun mempunyai kewajiban mengemban dakwah ke seluruh dunia. Agar nikmatnya Islam tidak hanya dirasakan oleh umat di negeri muslim saja. Harus ada sebuah institusi beserta seluruh fasilitasnya, yang akan menyebarkan Islam dengan masif keseluruh penjuru dunia.

Hanya saja, dakwah dalam skala negara hanya bisa terealisasi jika negaranya telah menerapkan syariat Islam. Bagaimana mungkin negara yang masih menerapkan sistem ribawi, bisa mengemban dakwah.

Oleh karena itu, di bulan yang mulia ini, bulan yang terkandung hikmah perubahan. Umat muslim harus senantiasa memuliakan Alquran, bukan hanya dengan membacanya saja. Lebih dari itu, harus ada upaya mengembalikan kehidupan Islam dalam bingkai Daulah Islam. Agar kemuliaan Alquran bisa sempurna dihadirkan dalam kehidupan umat manusia.

 

[LS/Ry]

Please follow and like us:

Tentang Penulis