Parodi Demokrasi
Tidak hanya media cetak, media televisi, sampai media sosial mengabarkan bahwa ini adalah Pemilu (pemilihan umum) terburuk sepanjang sejarah. Karena banyak sekali minus yang tampak, kecurangan di mana-mana. Sayang rakyat saat ini belum terbangun dari tidur panjangnya.
Semua data menunjukkan bahwa calon presiden (capres) nomer urut 01 ini memenangkan pemilu serentak. Namun kubu sebelah tak mau kalah dengan menyatakan kemenangannya di beberapa media. Tentu saja media sosial tak ingin ketinggalan, hampir semua pendukungnya ribut agar capres selain petahana ini diangkat. Sayangnya, quick count dan real count selain membunuh sesama calon, juga menumbangkan beberapa korban nyawa di berbagai wilayah.
Indonesia, negeri kaya yang terlalu murah hati memberikan seluruh harta hanya untuk satu hari hajatan. Pesta demokrasi yang katanya menentukan perubahan ini sudah membuktikkan kegalauannya. Lebih dari triliunan rupiah dihabiskan hanya untuk merayakan pemilu ini, sayangnya hanya untuk mempertahankan ego calon-calon di atas rakyat yang mengaku sebagai pejabat.
Belum berakhir derita banyaknya janji yang diingkari. Sudah ingin buat janji baru yang entah kapan akan ditepati. Meringis perih hati ibu pertiwi ini, tanpa adanya pelindung dan pengatur yang adil juga jujur. Menangis sedih saat semua kekayaannya tak dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. Negeri ini butuh sosok pemimpin bertakwa yang membawanya pada cahaya yang tak pernah padam, tak lain adalah cahaya Sang Khalik, Allah SWT.
Ahmar Hanifah
(Mahasiswi Universitas Terbuka Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poilitik Jurusan Sastra Inggris)
(LS/Ln)