Tanggapan Sexy Killers: Demokrasi, Gerombol Pembunuh Seksi
Oleh: Rahmi Surainah, M.Pd
(Alumni Pascasarjana Unlam)
LensaMediaNews- Sexy Killers merupakan film dokumenter yang didistribusikan Watchdoc. Film tersebut diunggah di youtube pada 13 April 2019 dengan durasi 88 menit. Film ini mengungkapkan perjalanan batu bara dari hulu ke hilir serta dampak yang ditimbulkannya. Selain itu, juga mengungkapkan sikap dan keterlibatan penguasa sekaligus pengusaha dalam pertambangan. Tak ayal Sexy Killers menyita perhatian publik-terlebih menjelang pemilu-karena menyodorkan fakta-fakta hasil dari serangkaian investigasi (Liputan6.com, 18/4/2019).
Batu bara merupakan sumber daya energi yang menghasilkan listrik. Listrik merupakan kebutuhan pokok, apalagi di era milenial saat ini dimana manusia tidak bisa lepas dari ketergantungan listrik. Namun, di balik terangnya listrik ada sisi gelap kelamnya kehidupan. Rakyat korban dari pengusaha dan penguasa yang menjarah sumber daya alam bagai “habis manis sepah dibuang”. Setelah batu bara habis dikerok, pengusaha pun pergi tanpa menoleh lagi ke belakang untuk mempertanggungjawabkannya.
Di balik perusahaan tambang dan PLTU ada banyak tumbal yang dipertaruhkan. Kerusakan lingkungan baik darat maupun laut, tanah maupun udara, dan berbagai ancaman bencana dan kematian serta kerusakan tatanan sosial menjadi dampak tak terhindarkan dari perusahan tambang dan PLTU.
Padahal, secara normatif ada aturan pertambangan dan pasca pertambangan. Problem pertambangan seakan begitu rumit. Pemerintah pun seakan menganggap remeh dan biasa, bahkan saling lempar tanggung jawab dan merasa sudah berjasa.
Kepentingan ekonomi para kapitalis mendapat payung hukum melalui sistem demokrasi. Kampanye pemilu yang begitu mahal mengakibatkan banyak pengusaha yang memberikan modal. Setelah menang, modal kembali (ditambah untung) adalah skala prioritas. Sedangkan rakyat adalah kepentingan nomor kesekian.
Berharap kepada pemimpin atau pemerintah nyatanya malah mereka sebagai subjek yang berada dalam lingkar bisnis pertambangan. Rakyat hanya menjadi objek bagi mereka yang berkuasa. Saat rakyat melawan pun, mereka dikriminalisasi, bukan dibela.
Akhirnya terbongkarlah tambang menunggangi politik di Indonesia. Dunia politik tidak terlepas dari para pengusaha. Sehingga siapapun yang menjadi penguasa akan menentukan nasib keberpihakan mereka kepada pengusaha.
Demokrasi hanya ilusi karena masyarakat ketika bersuara dengan demonstrasi tidak mampu melawan segelintir pengusaha. Sebab para pemilik modal memanfaatkan demokrasi untuk segala tujuan meraih keuntungan.
Demokrasi yang katanya suara rakyat, nyatanya suaranya hanya untuk rakyat elit atau para kapitalis yang menjadi perwakilan rakyat. Lantas ke mana demokrasi yang katanya dari, oleh dan untuk rakyat?
Ruwetnya permasalahan tambang yang berkembang, tidak bisa diselesaikan hanya dengan memangkas cabang tanpa mencabut akar. Solusi dari penguasa yang diharapkan, hanya fatamorgana. Karenanya perlu pergatian sistem untuk memutus rantai penguasa dengan pengusaha.
Oleh karena itu, demokrasi yang didalamnya terdapat gerombolan pembunuh seksi harus diakhiri. Penguasa dan pengusaha sebagai subjek yang berperan dalam demokrasi harus diadili. Batu bara sebagai alat senjata yang menjadi bukti betapa buasnya lingkungan dan masyarakat lemah yang dimangsa.
Dalam film sexy killers ada pertarungan ideologi yaitu antara ideologi kapitalis liberal dengan ideologi sosialis komunis yang siap bersaing. Ideologi sosialis komunis mulai dilirik sebagai solusi. Namun, ideologi Islam yang ditandai dengan kesadaran dan bangkitnya pemikiran pun mulai dirasakan.
Dalam Islam, tambang haram dikuasai oleh perusahaan swasta, kelompok dan individu. Listrik, BBM, dan berbagai macam tambang adalah milik rakyat yang wajib dikelola negara untuk dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk pelayanan murah bahkan gratis.
Jawaban permasalahan tambang dalam sexy killers tidak bisa diselesaikan oleh sistem demokrasi. Perlu solusi mendasar dan menyeluruh. Harus ada penguasa dan sistem yang mandiri tanpa keterlibatan pengusaha. Berhenti berharap dengan demokrasi karena penguasa telah selingkuh dengan pengusaha.
Justru demokrasi yang menjadi biang permasalahan dengan adanya kebebasan kepemilikan dan pengelolaan SDA. Demokrasi telah nampak aib dan keburukannya. Demokrasi hanya dijadikan sebagai wadah para kapitalis dalam menjarah kekayaan SDA. Demokrasi bagaikan gerombol pembunuh seksi (penguasa dan pengusaha) sehingga korban dan pemimpin pun tak berdaya melawan bahkan pasrah tanpa melawan.
Wallahu’alam.
[LNR]