Jariyah, Pondasi Membangun Aksara

Oleh: Hasni Tagili

“Menulis merupakan aktivitas menjaring jariyah lewat aksara. Maka menulislah!”

Kutipan di atas adalah salah satu amunisi andalan saya setiap kali tiba pertemuan perdana di Elementary Class. Ya, dengan menggoreskan pena, teman-teman bisa mendapatkan pahala. How Come?

Itulah luar biasanya aksara. Tapi bukan sembarang aksara ya, aksara berjariyah. Menorehkan kebaikan dalam setiap nafas tulisan, hingga meski penulisnya telah bersanding dengan batu nisan, karyanya tetap mengalirkan secercah pertolongan.

Lantas, bagaimana memulai menapaki jalan aksara berjariyah tadi? Paling utama, always be positive thinking. Yup, ini kekuatan sugesti secara internal. Yakinkan diri bahwa teman-teman juga bisa unjuk gigi lewat tarian jemari. Yakinkan diri bahwa teman-teman bisa menulis.

Alasan klasik yang tadinya berbunyi:
“Duh, saya orangnya nggak bisa merangkai tulisan.”
“Saya lebih nyaman mengutarakan sesuatu lewat lisan.”
“Saya orangnya pendiam.”

Silahkan diganti dengan:
“Saya insyaallah bisa menulis.”
“Saya insyaallah bisa produktif menulis.”
“Saya insyaallah bisa konsisten menulis.”
Apa bisa sesederhana itu? Bisa. Coba deh teman-teman baca You Are What You Think karya Dr. David Stoop (dalam bahasa Inggris sih 😬). Pada salah satu bab buku itu ada pembahasan “I am What I Think”. Saya adalah apa yang saya pikirkan. Sehingga, apa yang ada pada diri teman-teman, bisa menulis atau tidak, itu merupakan hasil dari pikiran teman-teman sendiri.

Jika ilmuwan Barat bicara tentang kekuatan pikiran, maka Islam memandangnya sebagai kekuatan permintaan (kekuatan doa). Persangkaan hamba pada Tuhannya.

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa Nabi Saw. bersabda: Allah Swt. berfirman, “Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada itu yaitu kumpulan malaikat.” (HR. Bukhari 6970 dan Muslim 2675)

Mengenai makna hadis tersebut, Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Sebagian ulama mengatakan bahwa maknanya adalah Allah akan memberi ampunan jika hamba meminta ampunan. Allah akan menerima taubat jika hamba bertaubat. Allah akan mengabulkan doa jika hamba meminta. Allah akan beri kecukupan jika hamba meminta kecukupan. Ulama lainnya berkata maknanya adalah berharap pada Allah (raja’) dan meminta ampunannya” (Syarh Shahih Muslim, 17:3).

Jadi, selalu huznudzon bahwa insyaallah Allah Swt. akan memudahkan urusan teman-teman.

Selanjutnya, pahami bahwa siapapun bisa jadi penulis. Truts me, selama teman-teman bisa memendam dan melisankan ucapan, maka selama itupula insyaallah teman-teman bisa membuat tulisan.

Kenapa demikian? Sebab, bisa menulis bukan semata karena bakat, melainkan karena keterampilan. Keterampilan yang diperoleh melalui latihan dan pengulangan. So, siapapun bisa jadi penulis, termasuk teman-teman yang sedang membaca tulisan saya ini 😍

Terpenting, tanamkan rasa cinta. Niat membela agama lewat aksara. Niat untuk dakwah (jualan atau promosi itu bonus ya). Niatkan semata karena pahala. Pantang aksara keluar kandang jika tidak mendulang kebaikan. Lebih baik diam ketimbang menulis bernafas kebencian.

Di luar sana banyak loh tulisan yang tidak mendidik. Sarat propaganda dan aroma diksi vulgar. Lewat tulisan, musuh Allah sedang menyusun serangan mematikan. Nah, teman-teman kudu ambil bagian dalam melawan. Melawan dengan hujjah terbaik. Menorehkan tinta demi mengopinikan Islam sebagai ideologi dari Al-Khaliq.

Nah, untuk sampai ke tahap ini, teman-teman harus merombak ulang dulu konstelasi berpikir terkait menulis. Kenali, amati, dan cintai. Kalau azam sudah bulat, tantangan sebesar apapun insyaallah lewat. Awalnya modal semangat, setelah itu cari banyak ilmu sampai teknis tulisan jadi memikat. Bismillah, yuk merapat!

Setelah berhasil menstimulasi diri, biasanya masalah selanjutnya adalah manajemen waktu yang kurang baik. Motivasi menulis sebesar gunung tapi tak sedia waktu khusus untuk naik panggung. Lah, iki piye jal? 😅

Nantikan tips selanjutnya Rabu depan ya. Sayonara, para pejuang aksara berjariyah 😍

[LS/Nr]

Please follow and like us:

Tentang Penulis