Harta Karun Afghanistan Akan Dibawa ke Mana?
Oleh: Fitri al-Hasyim
Lensamedianews.com-Meskipun dikenal sebagai negara termiskin di dunia serta masuk ke dalam deretan negara bermasalah disebabkan konflik politik, keamanan, dan kekeringan, ternyata Afghanistan menyimpan segudang harta karun yang banyak dalam bentuk sumber daya alam yang melimpah. Ilmuwan dan pakar keamanan yang mendirikan kelompok Ecological Futures, Rod Schoonover, mengatakan bahwa Afghanistan sebenarnya adalah salah satu wilayah paling kaya akan logam mulia tradisional dengan nilai cadangan mineral mencapai satu triliun dolar atau setara Rp14.000,00 triliun (radarsukabumi.com, 21/8/2021).
Bukan hanya emas, Afghanistan pun kaya akan tembaga, minyak, gas alam, uranium, bauksit, batu bara, bijih besi, tanah jarang, litium, kromium, timah, seng, batu permata, bedak, belerang, travertin, gipsum, dan marmer. Seorang analis mengatakan kepada CNBC bahwa Afghanistan diperkirakan memiliki triliunan dolar logam tanah jarang (tempo.co, 20/8/2021). Kondisi sumber daya alam yang melimpah menjadikan Afganistan bak gunung emas yang berharga. Dengan bergantinya penguasa, akankah harta karun tersebut mampu diberdayakan?
Afganistan telah mengalami perubahan politik. Taliban berhasil menduduki Kabul dan menumbangkan rezim penguasa sebelumnya. Kondisi perpolitikan yang cukup menegangkan akan semakin mempersulit mereka untuk menggali sumber daya alam tersebut. Namun, tidak tertutup peluang bagi negara asing untuk memanfaatkan kondisi ini dan menguasai sumber daya alam tersebut. Cina merupakan negara yang selalu berkomunikasi dengan Taliban. Perusahaan Konsorsium Metallurgical Corp of China (MCC) dan Jiangxi Copper menyewa proyek tembaga terbesar di negara itu, Mes Aynak, sejak 2008 dengan kontrak hingga 30 tahun (kompas.com, 21/8/2021).
Cina mengatakan menyambut baik kesempatan untuk memperdalam hubungan dengan Afghanistan pimpinan Taliban. Mereka mengaku bahwa Taliban telah menyediakan harapan bagi hubungan Cina-Afghanistan. Kedutaan Cina di Kabul sendiri tetap beroperasi penuh. Rusia juga mengambil langkah yang sama. Duta Besar Rusia untuk Afghanistan, Dimitry Zhirnov mengatakan bahwa situasi Kabul jauh lebih bagus saat Taliban berkuasa dibanding pada masa Presiden Ashraf Ghani. Rusia juga menyebut bahwa pihak kedutaan di Kabul akan terus berfungsi sebagaimana mestinya tanpa ada kepanikan. Rusia dikabarkan serius untuk menarik Afghanistan bergabung dalam blok perdagangannya yang dinamakan Eurasian Economic Union (cnbcindonesia.com, 16/8/2021).
Walaupun AS telah menyerahkan Kabul kepada Taliban. Namun tetap saja, ia masih dapat mengontrol kondisi di sana. Hal ini terbukti dengan perjanjian yang telah dibuat Taliban dengan AS. Pada kesepakatan tersebut, kontrol AS masih berkuasa. AS berupaya membentuk stabilitas politik yang aman, sehingga tidak ada kekacauan atau kelompok-kelompok yang menentang pemerintahan. Hal ini akan mendukung terbuka lebarnya kesempatan bisnis pertambangan bagi mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa Afganistan tidak benar-benar ‘merdeka’. Afghanistan tetap saja di bawah intervensi asing. Dengan kondisi ekonomi yang demikian, butuh dorongan yang kuat agar mereka bisa mandiri dan menjadi independen. Hal ini bisa terwujud apabila Afganistan memegang Islam sebagai mabda’ (ideologi). Afganistan harus berani mengambil sikap, tegas terhadap lawan, juga menjadikan Islam sebagai landasan aturan dalam setiap keputusan. Islam akan mengatur bagaimana pemanfaatannya. Sebagaimana hadis Rasulullah saw., “Manusia berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api.” (HR. Abu Dawud) Negara juga akan melarang asing untuk menguasai dan memprivatisasi SDA. Seluruh hasil SDA akan diberikan ke rakyat. Ini akan mengatasi bencana kelaparan, kemiskinan, dan kekeringan di Afghanistan sekaligus menjamin tersedianya biaya bagi negara untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Wallahu a’lam bishshawwab. [LM/lnr]