Oleh: Anggita Syah
(Aktivis Dakwah dan Pelajar)

 

Lensamedianews.com-Kasus Covid-19 kian meningkat, hingga saat ini masih belum terlihat ujung dari penyelesaian kasus Covid-19 ini sendiri. PPKM yang dilakukan, nampaknya tidak memberikan dampak apa pun, hal ini dikarenakan masih banyaknya tempat-tempat yang memungkinkan adanya aktivitas keramaian yang masih dibuka. Namun, di balik itu ada puluhan bahkan ratusan sekolah yang masih ditutup sampai sekarang, lantas sampai kapan hal ini akan terjadi?

Desakan demi desakan dari para orang tua memaksa beberapa sekolah untuk kembali melakukan pembelajaran secara tatap muka (PTM). Namun, hal tersebut tidak diiringi dengan kebijakan infrastruktur yang sempurna untuk pembelajaran PTM di era pandemi seperti ini.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, ada ratusan ribu sekolah di berbagai daerah di Indonesia yang sudah mulai menggelar pembelajaran tatap muka terbatas.

“Per tanggal 22 Agustus 2021 sebanyak 31 persen dari total laporan yaitu 261.040 satuan pendidikan yang berada pada daerah dengan PPKM level 3, 2, dan 1 ini telah menyelenggarakan pembelajaran tatap muka secara terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat,” kata Wiku dalam konferensi pers daring, Kamis (26/8/2021, Kompas.com).

Namun di balik hal tersebut Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) sangat menyayangkan pernyataan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim. Pasalnya, telah membolehkan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di sekolah yang berada pada PPKM Level 1-3, meskipun para siswa belum divaksinasi.

Menurut Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, Iman Zanatul Haeri mengkhawatirkan tindakan gegabah tersebut. Menurutnya, vaksinasi anak dan guru harus dituntaskan di sekolah tersebut sebelum dilaksanakannya PTM terbatas (Jawapos.com, 26/8/2021).

Lantas benarkah apabila seluruh warga masyarakat di sekolah telah divaksin mampu menjamin tidak tersebarnya dan meningkatnya kasus Covid-19 tersebut?

Tentu saja tidak, karena bisa kita lihat banyak sekali berita atau informasi yang menyatakan meskipun seseorang telah mendapatkan vaksinisasi namun risiko untuk terpapar Covid-19 masih benar benar tinggi. Jadi kebijakan vaksinisasi 70% untuk syarat pembelajaran tatap muka sangat tidak efisien dan tidak bisa menjamin perlindungan semua unsur sekolah dari penyebaran virus Covid-19.

Hal ini juga membuktikan adanya PPKM dan vaksinasi yang dilakukan secara berulang ulang juga tidak memberikan tanda bahwa kasus Covid-19 ini akan berakhir. Ini hanya membuktikan bahwa lemahnya negara dalam memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan rakyat. Baik hal tersebut dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, dsb.

Pembelajaran di era Covid-19 saat ini semakin dipersulit dengan tidak adanya bantuan dari pemerintah untuk membantu para siswa dalam pembalajaran secara daring. Dan begitu pula dengan ekonomi yang kian sulit, banyak para karyawan yang di PHK, padahal mereka masih harus menafkahi keluarga mereka.

Mau sampai kapan rakyat akan terus hidup dibawah kepemimpinan yang zalim. Kehidupan di mana sistem lebih tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Sistem yang telah terbukti tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Karena sistem kapitalis sekularisme, yakni sistem buatan manusia yang memisahkan agama dari kehidupan kita. Kebijakan dibuat tidak untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan rakyat melainkan hanya sebatas manfaat saja.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita kembali kepada sistem yang sebenar-benarnya, sistem yang telah berasal dari Sang Pencipta Alam Semesta ini, yakni sistem Islam. Sistem yang berasal dari aturan dan perintah Allah Swt. Namun, sistem ini tidak akan bisa diterapkan selagi masih adanya sistem kapitalis sekuler. Oleh karena itu, marilah kita bersama sama untuk bangkit memperjuangkan tegaknya daulah khilafah islamiyah dan mencampakkan sistem kapitalis sekuler, agar pandemi segera berakhir dan semua kebutuhan dan masalah yang kita hadapi saat ini dapat terselesaikan. Wallahu a’lam bishshawab. [LM/Mi]

Please follow and like us:

Tentang Penulis